REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengaku kini sedang mengkaji penggunaan teknologi blockchain untuk mendukung layanan keuangannya. Ditargetkan, dalam lima tahun ke depan, perseroan sudah mengimplementasikan blockchain.
"Kita lagi cari bisnis apa yang bisa langsung diimplementasikan blockchain dan langsung memberi dampak. Kalau bisnis pembayaran kita harus izin ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dulu atau BI (Bank Indonesia)," kata Vice President Business Relationship Management Information Technology Solution and Security Division BNI, Indra Gunawan, di sela Blockchain Applications and Economics Forum 2018 di Jakarta, Selasa, (9/10).
Ia melanjutkan kemungkinan di awal nanti, blockchain akan diterapkan di internal dahulu. Bisa pula, kata dia, digunakan pada sistem data BNI. "Misalnya dimanfaatkan untuk KYC (Know Your Customer)," kata Indra.
Meski begitu, kata dia, prosesnya masih panjang untuk mengimplementasikan blockchain. Perusahaan pun kini meminta informasi mengenai teknologi tersebut ke penyuplai blockchain seperti Ripple dari Jepang serta IBM.
Terkait investasi, Indra mengungkapkan sedang dipelajari. Bisa jadi, kata di, BNI tidak investasi tapi bergabung dengan penyelenggara blockchain. Atau, BNI tampil sebagai inisiator.
Tidak menutup kemungkinan pula, Indra menegaskan BNI menggaet perusahaan financial technology (fintech) yang sudah menggunakan blockchain. Pasalnya, dengan blockchain, data bisa divalidasi secara lebih cepat sehingga transaksi lebih murah serta efisien.