Senin 08 Oct 2018 19:05 WIB

Menkeu: Pemerintah tak Abaikan Palu Saat Pertemuan IMF-WB

Sri Mulyani menyebut pemerintah bisa multitasking.

Red: Nur Aini
Tetang Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia. Menkeu Sri Mulyani (kiri) menyampaikan keterangan pers tentang Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10). Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 yang diikuti oleh 189 negara peserta. Pada peremuan yang diadakan hingga hingga Ahad (14/10), jumlah peserta jauh melebihi target dari 22 ribu menjadi 34 ribu.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tetang Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia. Menkeu Sri Mulyani (kiri) menyampaikan keterangan pers tentang Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10). Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 yang diikuti oleh 189 negara peserta. Pada peremuan yang diadakan hingga hingga Ahad (14/10), jumlah peserta jauh melebihi target dari 22 ribu menjadi 34 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan bahwa Pemerintah tidak akan mengabaikan kondisi Lombok dan Sulawesi Tengah pascagempa melanda dua propinsi tersebut. Hal itu meskipun Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 yang digelar di Bali, pada 8-14 Oktober.

"Pemerintah itu mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus pada saat yang bersamaan (multitasking)," kata Sri Mulyani dalam siaran pers, Senin (8/10).

Sri Mulyani mengatakan Presiden Joko Widodo memiliki komitmen dan kepedulian yang luar biasa. Beliau datang langsung (ke daerah bencana), memimpin sendiri, melihat sendiri bagaimana situasi. Lalu secara cepat menyusun dan mengarahkan langkah-langkah yang perlu dilakukan.

Sebelumnya, sejumlah pihak mempertanyakan soal kepatutan dan kepantasan Indonesia untuk tetap menyelenggarakan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 di tengah proses rehabilitasi dan rekonstruksi akibat gempa Lombok, muncul bencana dahsyat di Sulawesi Tengah. Menurut Sri, meskipun Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri serta aparat berkunjung ke daerah bencana, bertemu dengan pemerintah daerah untuk menguatkan kembali untuk segera dibangun, namun tidak berarti Indonesia tidak bisa menjadi tuan rumah sebuah perhelatan. Ia menjelaskan, bahwa semua bisa dilaksanakan secara bersamaan karena telah ada pembagian tugas yang jelas.

"Ini menunjukkan Indonesia adalah negara yang mampu, bagaimana kita dalam multitask ini ternyata negara punya sistem. Manusia Indonesia reliable, kita tidak satu kali hit kemudian langsung broke."

"Kita negara yang bisa diatur, ditata dengan kepemimpinan dengan misi yang jelas dan punya kemampuan untuk menjaga seluruh tugas-tugas ini bisa baik," kata Sri.

Mantan Managing Director Bank Dunia ini menambahkan, justru Indonesia mau menunjukkan kepada dunia bahwa bagaimana cara untuk recover, dunia simpati, dan ingin bantu. "Menurut saya ini bagus, karena saat negara lain juga kena bencana, Indonesia ingin membantu. Jadi ini bagaimana jahitan kemanusiaan akan menjadi makin kuat, kita adalah manusia Indonesia yang menjadi bagian dari 7 miliar orang manusia di dunia," katanya.

IMF-WB 2018 dilangsungkan di Nusa Dua, Bali pada 8-15 Oktober 2018, merupakan pertemuan tahunan terbesar dunia dalambidang ekonomi. Hadir dalam pertemuan itu pada pemimpin lembaga keuangan dunia, menteri-menteri yang membidangi urusan ekonomi dan moneter, serta pengusaha-pengusaha dari berbagai sektor.

Indonesia menjadi ke-4 di Asia yang terpilih menjadi tuan rumah IMF-WB 2018, setelah Singapura, Thailand, dan Filipina. IMF-WB 2018 di Bali ini disebut-sebut sebagai yang terbesar dibandingkan event yang sama sebelumnya dari sisi jumlah peserta. Melibatkan lebih dari 30 ribu peserta yang terdiri dari 5000-an delegasi dan lebih dari 25 ribu nondelegasi dari 189 negara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement