Senin 08 Oct 2018 12:13 WIB

IFC Himpun Dana Rp 2 Triliun dari Komodo Bond

Dana Komodo Bond ini akan digunakan untuk mengatasi perubahan iklim

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
International Finance Corporation (IFC) umumkan siap berinvestasi di green bond yang diterbitkan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk, di Jakarta, Rabu, (1/8).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
International Finance Corporation (IFC) umumkan siap berinvestasi di green bond yang diterbitkan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk, di Jakarta, Rabu, (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Finance Corporation (IFC), anggota kelompok Bank Dunia, menerbitkan surat utang berwawasan lingkungan (green bond) berdenominasi rupiah untuk pasar internasional (Komodo Bond). Dari penerbitan Komodo Bond ini, IFC berhasil mengumpulkan dana hingga Rp 2 triliun.

Angka tersebut menunjukkan tingginya minat para investor. Dana yang dihimpun dari penerbitan Komodo Bond ini akan digunakan untuk mengatasi perubahan iklim.

Penerbitan green Komodo Bond di pasar luar negeri berdenominasi rupiah ini merupakan yang pertama dilakukan oleh bank pembangunan multilateral untuk investasi ke proyek-proyek terkait perubahan iklim di Indonesia.

Vice President IFC untuk Asia dan Pasifik Nena Stoiljkovic menjelaskan, obligasi ini memungkinkan pihaknya untuk memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek-proyek ramah iklim di Indonesia. "Kami bermaksud untuk mereplikasi dan meningkatkan skala dari model ini guna mengatasi tantangan iklim negara ini," ucapnya dalam rilis yang diterima Republika, Senin (8/10).

Obligasi berwawasan lingkungan berjangka lima tahun ini rencana akan didaftarkan ke Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura. Tujuannya, untuk mendukung pasar mata uang lokal di Indonesia dan mendanai obligasi berwawasan lingkungan pertama yang diterbitkan di Indonesia oleh klien IFC, yakni Bank OCBC NISP.

Hasil penjualan obligasi ini akan membiayai infrastruktur juga proyek-proyek yang mengatasi perubahan iklim, sesuai dengan prinsip-prinsip Obligasi Hijau (Green Bond Principles).

Vice President dan Treasurer IFC Jingdong Hua mengatakan, penerbitan obligasi ini juga membantu sektor swasta mengelola risiko valuta asing melalui pembiayaan dengan mata uang lokal. "Di samping itu, sekaligus menumbuhkan bisnis yang cerdas iklim," ucapnya.

Sementara itu, Kepala SSA DCM JP Morgan, John Lee Tin mengatakan, onvestor bereaksi positif terhadap transaksi Komodo (Rupiah) IFC yang pertama. Penerbitan obligasi di luar negeri berdenominasi valuta asing (eurobond) ini menghasilkan permintaan yang lebih besar dari yang ditargetkan.

Mengingat tingkat volatilitas di pasar negara berkembang, Tin menambahkan, kelebihan permintaan pada transaksi ini merupakan keberhasilan yang besar. "Selain itu, IFC memperluas cakupan investor dari obligasi hijau menggunakannya sebagai peluang untuk menambah denominasi mata uang baru, dan dengan demikian menambah basis investor baru, untuk upaya kesadaran iklim penerbit obligasi," tutur Tin.

Dalam laporan mengenai dampak yang dihasilkan oleh obligasi berwawasan lingkungan (IFC’s Green Bond Impact Report), IFC telah menerbitkan 32 obligasi berwawasan lingkungan senilai 1,8 miliar dolar AS. Nominal ini menjadi pencapaian tertinggi untuk IFC dalam tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni 2018.

Jumlah proyek yang didukung oleh Program Obligasi Berwawasan Lingkungan IFC telah melonjak menjadi 52 proyek di tahun fiskal 2018, dari 32 proyek di tahun fiskal 2017. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi dalam jumlah dan nilai proyek yang dibiayai green bond sepanjang masa.

Portofolio ini diharapkan akan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca setiap tahun sebesar setara dengan 6,3 juta metrik ton karbon dioksida, peningkatan dari 2,2 juta metrik ton pada tahun fiskal 17.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement