REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (8/10) pagi kembali melemah. Kurs rupiah melemah sebesar 7 poin menjadi Rp 15.190 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.183 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat daya tarik masuknya dana-dana ke pasar AS, sehingga memperkuat mata uang dolar AS. "Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22 persen, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya di Jakarta, Senin (8/10).
Ia mengemukakan naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7 persen. Kendati demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp 15.180-Rp 15.190 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naiknya harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut mempengaruhi pergerakan rupiah. "Indonesia memerlukan dolar AS untuk impor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya.