Ahad 07 Oct 2018 18:50 WIB

Saudi Jual Saham Aramco Dua Triliun Dolar AS

Pangeran Mohammed bertekad melanjutkan proses IPO.

Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.
Foto: AP
Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman bersikeras melanjutkan rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dari perusahaan minyak raksasa Aramco kepada investor umum yang sempat tertunda.

Dia menjanjikan penawaran umum perdana pada 2021 dan tetap berpegang pada pandangan ambisiusnya bahwa perusahaan yang dijalankan oleh negara tersebut bernilai lebih dua triliun dolar AS, demikian laporan dari Kantor Berita Internasional Islam (IINA) yang diterima di Jakarta, Sabtu (6/10).

Sikap tersebut menunjukkan tekad Pangeran Mohammed yang berusia 33 tahun tersebut untuk melanjutkan proses IPO bahkan setelah rencana itu dibatalkan. Rencana itu batal oleh skeptisisme atas penilaian perusahaan dan rencana Aramco untuk membeli saham pengendali di produsen kimia terbesar Saudi.

"Saya yakin pada akhir 2020, atau awal 2021. Investor akan memutuskan harga pada hari itu. Saya percaya harganya akan di atas dua triliun dolar AS. Karena itu akan sangat besar," katanya saat membahas IPO dalam sebuah wawancara di istana kerajaan di Riyadh.

Proyek IPO pertama kali diumumkan pada 2016 sebagai landasan dari rencana Visi Arab Saudi 2030 guna memodernisasi ekonomi Saudi. Para pejabat Saudi berulang kali mengatakan perjanjian itu berjalan sesuai jadwal, tepat waktu untuk paruh ke dua 2018. Namun, pada awal tahun ini mereka mengatakan rencana itu akan ditunda hingga 2019.

Segera setelah itu, Aramco menunda IPO dan memulai pembicaraan untuk membeli mayoritas saham di raksasa petrokimia lokal, Sabic dengan potensi kesepakatan senilai 70 miliar dolar AS. Berbicara pada Rabu malam (3/10), dikelilingi oleh beberapa penasihat, Pangeran Mohammad mengatakan IPO 100 persen untuk kepentingan bangsa.

"Semua orang mendengar tentang desas-desus Arab Saudi membatalkan IPO Aramco, dan bahwa hal ini menunda Visi 2030. Ini tidak benar," katanya.

Pangeran Mohammad mengatakan penundaan IPO berawal pada pertengahan 2017 ketika waktu itu ada kejelasan Aramco membutuhkan dorongan ke dalam industri petrokimia.

Dia mengatakan akan menjadi tidak adil melanjutkan IPO jika hal tersebut hanya mengejutkan para investor setelah dengan ada kesepatan besar dalam industri bahan kimia. IPO Aramco akan menjadi peristiwa yang mengguncang pasar keuangan.

Pangeran Mohammad berharap untuk menaikkan rekor 100 miliar dolar AS dengan menjual lima persen saham. Jika rencana ini tercapai, maka rekor penjualan saham Aramco akan mengalahkan rekor sebelumnya yang dicatat pada 2014 oleh Alibaba Group Holding Ltd dari Cina yang mengumpulkan 25 miliar dolar AS.

Bagi Wall Street, hal semacam itu berarti mencetak uang, dengan bank-bank dari JP Morgan Chase & Co ke Citigroup Inc. Namun, di dunia yang bergerak menjauh dari minyak, IPO akan menjadi ujian global bagi investor bahan bakar fosil.

Pernyataan terbaru tentang kapan IPO akan terjadi memberikan ruang yang cukup untuk bergerak. Sebelumnya, Menteri Energi Khalid Al-Falih mengatakan pada Agustus Arab Saudi akan melanjutkan proyek yang waktunya akan datang sendiri ketika kondisinya optimal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement