Ahad 07 Oct 2018 17:16 WIB

Program Ayam ASUH Berkontribusi pada Indonesia #ZeroHunger

Program Ayam ASUH adalah proses penyediaan ayam yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal.

Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian  Samsul Ma'arif, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dan Kepala Perwakilan FAO di Indonesia Adam Gerrand berpose bersama siswa dengan papan kampanye Zero Hunger pada pembukaan Festival
Foto: Kementan
Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian Samsul Ma'arif, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dan Kepala Perwakilan FAO di Indonesia Adam Gerrand berpose bersama siswa dengan papan kampanye Zero Hunger pada pembukaan Festival "Road to Zero Hunger" di Taman Menteng, Ahad (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang perayaan Hari Pangan Sedunia atau World Food Day (WFD) yang jatuh setiap 16 Oktober, Badan Pangan Dunia (FAO) bersama dengan Kementerian Pertanian, Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar kegiatan bertajuk "Festival Road to Zero Hunger" di Taman Menteng Jakarta, Ahad (7/10). Festival yang dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini membawa misi untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan masyarakat guna mencapai dunia yang bebas kelaparan atau #ZeroHunger pada 2030.

Salah satunya melalui kampanye daging Ayam ASUH, yaitu proses penyediaan daging ayam maupun unggas lainnya dengan memenuhi standar Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan, Pemprov DKI bersama dengan FAO ECTAD Indonesia dan Kementerian Pertanian (Kementan) sudah sejak 2009 mengkampanyekan pentingnya konsumsi daging Ayam ASUH, sekaligus melakukan restrukturisasi pasar.

“Karena seperti yang kita ketahui, konsumsi unggas di Jakarta ini cukup tinggi. Jadi semakin banyak unggas hidup beredar di DKI, semakin meningkatkan resiko terjadinya kasus flu burung,” ujar Gubernur.

Menurut Gubernur, rata-rata unggas hidup yang masuk ke Jakarta mencapai satu juta ekor per hari untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kondisi ini yang mendorong Pemprov menerbitkan Peraturan Daerah no. 4/2007 untuk mengendalikan pergerakan dan perdagangan unggas hidup di DKI Jakarta.

“Ini kami lakukan agar DKI bebas flu burung, sekaligus menjamin ketersediaan produk unggas yang aman dan sehat bagi warga Jakarta,” jelasnya.

Seperti yang diketahui, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut dalam 11 tahun terakhir, telah terjadi 200 kasus flu burung pada manusia di Indonesia, dan menyebabkan 168 kematian. Wilayah Jabodetabek merupakan wilayah dengan jumlah kasus flu burung tertinggi di Indonesia. Hal ini diduga sebagai dampak dari tingginya tingkat perdagangan unggas melalui pasar unggas hidup yang memasuki DKI Jakarta.

Langkah lain, tambah Gubernur, yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mewujudkan gerakan ketahanan pangan di ibu kota yaitu melalui pengembangan konsep pertanian perkotaan (urban farming). Konsep ini memanfaatkan keterbatasan lahan dan mengatasi ketergantungan pasokan pangan dari daerah lain. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melakukan kolaborasi partisipatif dengan dunia usaha dan lembaga kemasyarakatan untuk mengendalikan harga pangan.

Senada dengan Gubernur, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif menambahkan hasil surveilans virus flu burung di pasar unggas di wilayah Jabodetabek yang telah dilakukan sejak tahun 2009 sampai saat ini menunjukkan bahwa virus tersebut banyak ditemukan di pasar dengan prosentase hingga 60-70 persen. Sarana dan prasarana seperti kendaraan pengangkut unggas serta tempat penampungan dan pemotongan unggas dinilai berpotensi tinggi menyebarkan virus flu burung kepada konsumen jika mengangkut atau menjual unggas yang tertular flu burung.

“Hingga saat ini, jumlah pasar dan RPHU di DKI Jakarta yang dibina mencapai lebih dari 10 lokasi sejak tahun 2009 sebagai pilot percontohan untuk diadopsi oleh pemerintah daerah ke pasar dan RPHU lainnya. Jadi di hulu kita mengendalikan ancaman flu burung, di hilir kita menyediakan daging ayam ASUH yang baik untuk masyarakat,” jelasnya seperti dalam siaran pers.

Kepala Perwakilan FAO di Indonesia Stephen Rudgard, menjelaskan bahwa melalui program restrukturisasi pasar, FAO telah bekerja untuk meningkatkan kapasitas pelaku pasar dan rumah pemotongan hewan. Untuk melakukan pemotongan unggas, pembersihan dan disinfeksi kendaraan transportasi unggas, meningkatkan kebersihan pasar dan kualitas sanitasi, dan meningkatkan kesadaran konsumen dan penjual unggas.

“Dengan meningkatkan kualitas pemrosesan unggas di sepanjang rantai pasar, kami menyakini hal ini akan berkontribusi positif terhadap tujuan besar untuk memberantas kelaparan dan menyediakan pangan sehat untuk semua orang pada tahun 2030,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement