Rabu 03 Oct 2018 21:09 WIB

Kementan Kembangkan Tumpangsari Tanam Rapat

Pola Tumpangsari merupakan terobosan yang bermanfaat ganda

Red: EH Ismail
Kementan kembangkan sistem tumpangsari yang kami kembangkan dipadukan dengan sistem jajar legowo
Kementan kembangkan sistem tumpangsari yang kami kembangkan dipadukan dengan sistem jajar legowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Kementerian Pertanian mengembangkan pola tumpangsari untuk meningkatkan produksi beberapa komoditas sekaligus dalam satu lahan.  Hal itu sebagai solusi terbatasnya lahan untuk tanam sejumlah komoditas.

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan, Bambang Sugiharto mengatakan, pola tumpangsari telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia. Perbedaannya, tumpangsari yang dikembangkan oleh Kementan ini terletak pada peningkatan populasi di setiap lajur tanaman.

“Pada tumpangsari biasa, jarak tanam umumnya mengikuti pola tanam biasa, sedangkan pada tumpangsari yang kami kembangkan dipadukan dengan sistem jajar legowo," kata Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.

Tumpangsari tanaman dapat berkontribusi pada kesuburan tanah, produktivitas tanaman utama dan supresi terhadap gulma, penyakit, dan infestasi hama. Tumpangsari tanaman juga menawarkan peluang untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di atas dan di bawah tanah dengan menyediakan makanan dan tempat tinggal melalui mekanismenya dalam peningkatan jumlah biomassa dan keragaman di atas dan di bawah tanah.

Bambang menambahkan, tumpangsari tanam rapat memiliki keuntungan, yaitu populasi jagung dua hektare dan padi satu hektare yang dibudidayakan pada luasan satu hektare lahan sawah. Sehingga ada keuntungan dua hektare dari satu hektare lahan yang diusahakan. Sementara penggunaan benihnya meningkat yaitu jagung 1,5 kali lipat dan padi dua kali lipat, dan penggunaan pupuknya hanya meningkat 1,5 kali untuk menghasilkan tiga hektare komoditas.

“Pola Tumpangsari ini merupakan terobosan yang bermanfaat ganda, bagi pemerintah meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas, dan bagi petani meningkatkan pendapatan,” ujar Kepala Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia, Ike Widyaningrum,.

Tahun ini Ditjen TP mengawali pengembangan tumpangsari di sembilan provinsi, dengan luas 5.400 hektare dari dana pusat dan diikuti dengan pengembangan hingga 17 ribu hektare dari dana tugas pembantuan di 18 provinsi.

 “Kami akan menunjukkan lompatan produksi 3 komoditas padi jagung kedelai sekaligus,” tutur Ike.

 

Pola tumpangsari yang dikembangkan Ditjen TP adalah Padi – Jagung, Jagung – Kedelai, Padi – Kedelai. Sedangkan lahan yang dianggap cocok untuk dikembangkan tumpangsari disesuaikan dengan musim, yaitu lahan sawah irigasi untuk penanaman pada akhir musim hujan, lahan rawa setelah penanaman padi yang pertama, lahan sawah tadah hujan untuk penanaman pada awal musim hujan dengan populasi rapat, dan lahan kering untuk penanaman pada awal musim hujan.

"Tidak diragukan lagi, bahwa banyak manfaat yang bisa kita ambil jika kita menerapkan pola tanam tumpangsari ini. Dengan pengelolaan tanaman yang baik dan didukung dengan pemupukan yang tepat dan berimbang, diharapkan tumpangsari tanaman sistem rapat ini dapat menjadi solusi bagi ketahanan pangan di masa mendatang,” pungkas Ike.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement