REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kementerian Pertanian (Kementan) telah mencanangkan Kabupaten Banyuwangi sebagai sentra pengembangan bawang putih. Dengan ketinggian medium sekitar 650 mdpl, lahan disekitar kawah Ijen yang dulunya tidak produktif, kini menjelma menjadi hamparan lahan bawang putih yang subur.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikuktura, Prihasto Setyanto, takjub melihat areal bawang putih diantara hamparan padi. "Saya lihat kuncinya di air yang melimpah, benih sesuai anjuran, dan petani yang semangat. Untuk ukuran petani pemula, hasil sementara ini sudah bagus. Hanya masih perlu ditingkatkan lagi pemeliharaannya supaya menghasilkan umbi ukuran besar. Jangan sampai telat menyiram karena sebagus apapun benihnya kalau kekurangan air, umbinya tidak akan optimal," kata Prihasto saat melakukan kunjungan kerja meninjau lokasi pengembangan bawang putih ke Banyuwangi pada Sabtu (29/9).
Kesuksesan pengembangan lahan bawang putih di Banyuwangi ini tak lepas dari pogram wajib tanam bagi pelaku usaha impor bawang putih. Hal itu diatur dalam Permentan No. 38 tahun 2017.
Geliat Bawang Putih di Banyuwangi
Antusiasme masyarakat Banyuwangi untuk mengembangkan bawang putih juga tampak baik. Salah satu inisiatif untuk program ini datang dari peserta wajib tanam bawang putih yang saat ini menjadi pengelola di Lijen Banyuwangi, yakni PT Sinar Padang Sejahtera (SPS). Untuk memenuhi target produksi minimal enam ton per hektare, perusahaan ini tak segan menyiasati produksi dengan mengembangkan irigasi pipa ukuran tiga inci yang diambil jauh diatas lereng gunung sepanjang enam km atau lebih dari 1.500 batang paralon.
"Kami tarik dari sumber mata air di kaki Gunung Ranti lalu ditampung di embung mini di lahan paling atas. Kemudian dialirkan secara gravitasi untuk menyirami lahan bawang putih seluas 116 hektare dengan pipa-pipa lebih kecil berdiameter dua inci," ujar Fery pengelola lahan dari PT SPS.
Sementara itu, Prihasto melihat program tersebut juga ternyata membawa dampak positif kepada petani. Salah satunya, petani di sekitar lokasi menjadi terpancing untuk ikut menanam bawang putih seperti yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Banyuwangi. Sebuah kelompok tani berinisiatif mengembangkan perkebunan bawang putih setelah melihat langsung pertanaman milik importir PT SPS di Lijen.
Saat ini di Kecamatan Songgon misalnya, sudah tanam bawang putih 25 hektare pada ketinggial 650 mdpl dengan dibantu dari kegiatan APBN 2018. Lokasinya antara lain di di Desa Sragi dan Desa Bayu. Benihnya jenis Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning dikembangkan dengan baik, rata rata tanamanan sudah memasuki 65-75 hari.
"Terlebih setelah mendengar langsung pidato Pak Menteri Pertanian saat berkunjung kesana beberapa waktu lalu. Kami jadi makin semangat ingin mencoba. Kami berharap program tanam bawang putih ini terus dilanjutkan pemerintah sampai petani benar-benar berhasil," ujar Agus Agus Supriyadi, Ketua Kelompok Tani Sawung Walik dari Desa Sragi Kecamatan Songgon di lereng Gunung Raung.
Mohamad Khoiri, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Banyuwangi yang turut mendampingi kunjungan menyebutkan, potensi lahan di Banyuwangi sebenarnya masih luas. "Potensi lahan sementara ada sekitar 250 hektar di kaki Gunung Raung tepatnya di Kecamatan Songgon tapi kami ingin pastikan petaninya siap dan yakin dulu supaya ke depan tidak jadi masalah. Kalau ada pelaku usaha yang mau masuk Banyuwangi kami siap bantu fasilitasi," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, secara nasional untuk swasembada bawang putih, dibutuhkan pengembangan lahan seluas 60 ribu hektare untuk konsumsi, dan 18 ribu hektar lahan untuk perbenihan. Direktorat Jenderal Hortikultura pin menyiapkan pendampingan bagi pelaku usaha dam petani yang serius merealisasikan pertanaman bawang putih baik terkait teknologi budidaya maupun konsultasi perbenihan.