REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro memberikan rekomendasi kebijakan untuk pemenang Pemilihan Presiden 2019. Rekomendasi yang tercatat dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 itu berguna untuk meningkatkan kekokohan ekonomi Indonesia.
"Dua hal yang harus diperhatikan. Satu, bagaimana meningkatkan industrialisasi di Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan kita terhadap sumber daya alam. Yang kedua, adalah bagaimana penanganan defisit transaksi berjalan (CAD)," kata Bambang di kantor KPU, Jakarta pada Selasa (25/9).
Bambang memproyeksikan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 5,7 persen dalam rentang 2020-2024. Untuk mencapai hal itu, kata dia, salah satunya dibutuhkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,4 hingga 7,05 persen per tahun.
Sementara, pertumbuhan manufaktur Indonesia pada 2017 adalah 4,27 persen dengan kontribusi pada PDB sebesar 20,2 persen. Pada kuartal II 2018, pertumbuhan manufaktur hanya sebesar empat persen dengan kontribusi sebesar 19 persen terhadap PDB.
Dengan kontribusi yang cenderung menurun, Bappenas pun mencermati adanya gejala deindustrialisasi prematur. Hal itu yakni ketika kontribusi PDB dari industri turun lebih cepat dibandingkan negara-negara setara.
Oleh karena itu, menurut Bambang, perbaikan sektor manufaktur adalah isu yang perlu dikerjakan dalam pemerintahan berikutnya. Hal itu kemudian dapat memberikan dampak pada peningkatan kesempatan kerja dan juga ekspor. Seperti diketahui, untuk bisa memperbaiki tingkat CAD, Indonesia perlu meningkatkan ekspor.
"Struktur ekspor kita harus lebih banyak mulai mendorong kepada ekspor dari manufaktur. Jangan bergantung kepada sumber daya alam," katanya.
Bambang mengakui, upaya tersebut belum tentu bisa diselesaikan dalam jangka waktu lima tahun atau dalam satu periode pemerintahan. Akan tetapi, ia menekankan, tantangan tersebut harus direspons untuk mengatasi persoalan fundamental ekonomi Indonesia.
"Sehingga, tadi kami sampaikan kepada masing- masing kandidat, risikonya untuk menangani industrialisasi belum tentu bisa langsung dirasakan pada akhir 5 tahun. Tapi ini harus berkelanjutan karena Indonesia harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang sebenarnya fundamental," kata Bambang.
Baca juga, Solusi Defisit, Menkeu: Ekspor yang Naik, Bukan Impor Turun