REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sucorinvest Asset Management meluncurkan reksa dana syariah berbasis pasar uang bertajuk Sucorinvest Sharia Money Market Fund. Produk ini dibuat agar dapat memberikan pendapatan yang optimal berupa pertumbuhan nilai investasi.
Produk akan berusaha tetap mempertahankan investasi awal dan memberikan tingkat likuiditas yang tinggi guna memenuhi kebutuhan dana tunai dalam waktu singkat. Yakni melalui investasi yang sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal pada Efek Syariah yang tercantum dalam Daftar Efek Syariah.
Sucorinvest Sharia Money Market Fund akan melakukan investasi dengan komposisi portofolio investasi sebesar 100 persen pada instrumen pasar uang syariah. Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul Wawointana mengatakan penempatan dana maksimal 50 persen di sukuk dan 50 persen di deposito.
"Produk ini sudah diluncurkan namun resminya baru sekitar pekan depan," kata dia dalam Market Update di Jakarta, Selasa (25/9).
Target imbal hasil produk sekitar 6-8 persen minimal setara obligasi. Sementara target pencapaian hingga akhir tahun yakni Rp 50 miliar. Dengan sasaran utama pasar yakni institusi dan korporasi.
Jemmy mengatakan produk baru untuk pasar uang syariah ini adalah jawaban atas permintaan pasar. Sucor Asset Management sebelumnya telah memiliki produk reksadana syariah saham, Sucorinvest Sharia Equity Fund yang membenamkan dana di pasar modal syariah.
Produk ini memiliki imbal hasil dan risiko yang tinggi. Sehingga pasar menghendaki produk dengan risiko yang lebih rendah dan pendapatan lebih stabil. Produk reksadana pasar uang Sucor Asset Management eksisting adalah Sucorinvest Money Market Fund.
Dengan delapan produknya yang lalu, dana kelolaan yakni sekitar Rp 6 triliun per Agustus 2018 termasuk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD). Pertumbuhannya mencapai 5-7 persen dengan target akhir tahun 2018 sekitar Rp 7 triliun.
Peluncuran produk pasar uang syariah baru pada bulan September-Oktober dinilai bertepatan dengan momen tepat untuk kembali membenamkan investasi. Pada bulan ini, pola market biasanya memberi kesempatan baik untuk masuk pasar modal ditandai dengan turunnya harga-harga saham.
"Selain karena ada sentimen perang dagang juga, pola market di bulan-bulan September-November ini memang sedang di bawah biasanya," kata Jemmy.
Ia optimis pasar akan kembali stabil tahun depan dengan prakiraan IHSG di level 6.300 dan kurs 15.000 per dolar AS. Di tengah ketidakstabilan pasar, sebagian besar produk Sucorinvest mencatatkan pertumbuhan positif kecuali untuk produk pendapatan tetap, Sucorinvest Bond Fond yang negatif.
Jemmy menyampaikan pertumbuhan positif karena penempatan dana sebagian besar di sektor komoditas dan kebutuhan konsumen. Seperti pertambangan, batu bara, nikel, dan barang konsumsi yang harga dan nilainya tetap stabil di tengah gejolak sentimen global.
Anggota Dewan Syariah Nasional, Else Fernanda mengatakan tren reksadana syariah terus meningkat setiap tahunnya. Ini karena literasi masyarakat membaik dan keinginan untuk investasi semakin besar.
Tahun ini, pangsa pasar reksadana melampaui perbankan yakni sekitar 6,2 persen. Sementara perbankan sekitar 5,7 persen. Tahun lalu, pangsa pasar reksadana mencapai 5,9 persen. Ia mengatakan performa reksadana syariah pun terpantau lebih baik daripada perbankan.
Peningkatan ini berkat upaya berkelanjutan dari dalam sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, jumlah ahli syariah pasar modal kini semakin banyak.
Unit pengelola investasi syariah di perusahaan manager investasi menunjukkan bahwa pengelolaan sudah teratur. Dari sisi eksternal, investor lebih memahami pasar modal syariah.
"Memang ini, ghirohnya masyarakat Indonesia untuk serba syariah sedang tinggi, ingin yang bebas riba tapi juga menghasilkan imbal hasil yang baik," kata dia.
Dana kelolaan Sucorinvest Sharia Equity Fund mencapai Rp 209 miliar dengan riwayat keuntungan untuk tiga tahun pernah di level 94 persen.