Selasa 25 Sep 2018 07:37 WIB

Harga Minyak Naik Setelah OPEC Pertahankan Produksi

Trump mendesak negara anggota OPEC meningkatkan produksi minyak.

Kilang minyak
Foto: VOA
Kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mencatat kenaikan kuat pada akhir perdagangan Senin (24/9) waktu setempat. PRodusen-produsen minyak utama menolak berkomitmen meningkatkan tambahan produksi minyak mentah guna mengatasi gangguan pasokan.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 1,30 dolar AS menjadi 72,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman November bertambah 2,40 dolar AS menjadi berakhir di 81,20 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah brent sempat menyentuh tingkat tertinggi sebesar 81,39 dolar AS pada November 2014.

Pertemuan Komite Pemantau Bersama Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan non-OPEC (JMMC) di Aljazair pada Ahad (23/9) memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat ini. Hal ini diputuskan di tengah desakan dari AS untuk meningkatkan produksi minyak dalam upaya untuk mengekang harga-harga yang meningkat.

Pemimpin OPEC Arab Saudi dan produsen minyak terbesar lainnya di luar kelompok itu, Rusia, secara efektif menolak permintaan Trump untuk bergerak untuk mendinginkan pasar. "Tidak ada kesepakatan untuk meningkatkan produksi, dan harga minyak pada 80 dolar AS per barel akan lebih baik bagi produsen dan konsumen," kata Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih.

Trump mengatakan pekan lalu OPEC harus menurunkan harga. Namun, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada Senin (24/9) OPEC tidak menanggapi permintaan Trump secara positif.

Para analis mengatakan dorongan beli meningkat saat ini mungkin akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Sementara itu, AS masih melancarkan ancaman sanksi-sanksi terhadap ekspor minyak Iran.

"Pasar masih didorong oleh kekhawatiran tentang pasokan dari Iran dan Venezuela," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy di Stamford seperti dikutip Reuters.

Dalam menghadapi produsen-produsen enggan untuk meningkatkan produksi, pasar akan dihadapkan dengan kesenjangan pasokan dalam tiga-enam bulan ke depan. Hal ini mau tidak mau akan mendorong kenaikan harga minyak.

Baca juga, Dilarang Ekspor Minyak, Presiden Iran Peringatkan Trump

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement