Senin 24 Sep 2018 20:16 WIB

Hari Tani, CIPS Soroti Alih Fungsi Lahan

Gencarnya industrialisasi dan pembangunan infrastruktur menyebabkan alih fungsi lahan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peningkatan kapasitas petani dapat mengimbangi arus alih fungsi lahan di Indonesia. Alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab menurunnya produktivitas pertanian Indonesia.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendorong peningkatan kapasitas petani seperti mengadakan pelatihan, memberikan penyuluhan dan bimbingan soal penggunaan alat-alat pertanian yang lebih efisien dan pembaharuan metode tanam.

"Pemerintah seharusnya fokus pada peningkatkan efisiensi lahan yang sudah ada, peningkatan kapasitas petani dan revitalisasi alat pertanian serta pabrik-pabrik yang sudah tua. Alih fungsi lahan relatif sulit dicegah oleh karena itu kita harus bisa bertahan dengan cara lain," kata Hizkia melalui siaran pers.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan adalah di antaranya gencarnya industrialisasi dan pembangunan infrastruktur. Industrialisasi dan pembangunan infrastruktur tidak jarang harus mengorbankan lahan pertanian. Bertambahnya jumlah populasi menyebabkan kian pesatnya industrialisasi dan diperlukannya pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lain.

Peningkatan kapasitas petani juga sangat berkaitan dengan tingkat efisiensi pada komoditas pangan yang panen. Indonesia memiliki tingkat efisiensi yang rendah pada proses pasca panennya. Dari sekitar 57 juta ton padi yang dihasilkan, sekitar 8,5 juta ton nya (15 persen) terbuang percuma dalam proses pasca panen.

Inefisiensi ini diakibatkan oleh beberapa faktor, misalnya panjangnya rentang waktu antara panen dengan proses perontokan bulir padi (threshing) dan juga proses pengeringan yang masih tradisional (dijemur) dan belum menggunakan mesin. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam, masing-masing hanya kehilangan sekitar 319.000 ton (Malaysia), 3,9 juta ton (Thailand) dan 4,9 juta ton (Vietnam).

Pada peringatan hari tani yang jatuh setiap 24 September, kata dia, pemerintah seharusnya jangan hanya berbicara mengenai komoditas pangan itu sendiri.

"Petani sebagai tulang punggung sektor pertanian Indonesia seharusnya juga dibangun dan diberikan nilai tambah melalui peningkatan kapasitasnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement