REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Mata uang yen menguat dalam perdagangan saat ini usai Cina membatalkan pembicaraan tarif dengan Amerika Serikat (AS). Pengenaan tarif antarkedua negara meningkatkan ketegangan di tengah harga minyak yang melonjak.
Investor fokus pada perang dagang Cina-AS karena negara itu menambahkan 60 miliar dolar AS. Ini menjadi balasan adanya bea masuk impor senilai 200 miliar dolar AS untuk produk Cina yang mulai berlaku Senin (24/9).
Sengketa yang semakin meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia itu telah mengejutkan pasar keuangan. Yen Jepang, yang melihat arus masuk selama masa krisis naik hingga 112,5 per dolar AS. Sementara dolar Australia yang sensitif terhadap perdagangan turun dari posisi tertingginya ke angka 0,7274 dolar AS.
Kepala Ekonom AMP Shane Oliver mengatakan, eskalasi lebih lanjut masih ada karena kedua belah pihak masih 'alot' dalam isu perdagangan. "Trump tetap menantang, mengatakan 'Saatnya untuk mengambil posisi di Cina' dan ancamana untuk menaikkan tarif atas semua impor Cina tetap ada," katanya.
Kendati demikian, ia tetap optimistis pertumbuhan Cina tetap baik, mengingat otoritas di Beijing yang tengah menyusun stimulus kebijakan untuk mengimbangi dampak ekonomi dari tarif tersebut.
Perdana Meteri Cina Li Keqiang mengatakan, selama akhir pekan Cina akan memotong biaya impor dan ekspor perusahaan asing. Hal itu dinilai mempromosikan citra Cina yang terbuka untuk bisnis.
"Pandangan kami tetap bahwa solusi yang dinegosiasikan mungkin, tetapi tidak mungkin (berlaku; red) sampai akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Oliver.