Kamis 13 Sep 2018 19:55 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Diyakini Bisa 5,3 Persen Tahun Depan

Faktor global masih menjadi risiko untuk menekan pertumbuhan.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 tetap bisa mencapai level 5,3 persen. Eric pun mengapresiasi pemerintah yang memperhitungkan risiko global dalam memetakan pertumbuhan ke depan.

Menurutnya, eskalasi perang dagang AS-Cina dan negara-negara lain, serta perlambatan ekonomi Cina yang berpotensi menekan ekspor Indonesia. Selain itu, gelombang arus modal keluar juga dapat menekan nilai tukar rupiah dan dapat berdampak menggangu investasi.  "Jadi saya pikir baik jika pemerintah agak konservatif," katanya, Kamis (13/9).

Eric mengatakan, pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5,3 persen dapat dicapai dengan syarat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang kuat. Terkait dengan kebijakan pemerintah mengendalikan impor, Eric mengakui hal itu bisa menekan konsumsi, investasi, dan ekspor.

Meski demikian, kata Eric, efek negatif kebijakan tersebut terhadap tingkat konsumsi tidak sebesar dampak pada penurunan impor. "Kebanyakan konsumsi rumah tangga masih lebih banyak terhadap produk-produk domestik dibandingkan produk impor," kata Eric.

Eric menekankan, kunci menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah dengan menjaga tingkat konsumsi rumah tangga.  Caranya adalah dengan menjaga daya beli

lewat pengendalian inflasi dan transfer dana.

Baca juga, Jokowi Sebut Pertumbuhan Ekonomi Membaik 4 Tahun Terakhir.

Sebelumnya, Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyepakati asumsi makro RAPBN 2019 terkait pertumbuhan ekonomi di level 5,3 persen. Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, terdapat risiko tekanan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai level 5,15 persen.

"Ada downside risk sehingga kisaran pertumbuhan bisa meleset menjadi 5,15 persen," kata Sri dalam rapat kerja dengan Komisi XI di kompleks Parlemen, Jakarta pada Kamis (13/9).

Sri menjelaskan, pemerintah terus waspada terkait situasi dinamika global. Beberapa dinamika tersebut berkaitan dengan nilai tukar rupiah dan juga terkait kondisi neraca perdagangan.

Sri mengatakan, dengan adanya upaya pemerintah mengendalikan impor akan ada dampak penurunan di sisi investasi maupun konsumsi. Meski begitu, Sri menegaskan, optimisme pemerintah tetap untuk mengejar pertumbuhan hingga mencapai 5,3 persen.

"Namun, downside risk-nya yang kami sampaikan ke dewan adalah kalau terjadi dinamika ini kemungkinan akan menekan pertumbuhan ekonomi," kata Sri.

Sementara itu, Menkeu menyebut pertumbuhan ekonomi pada 2018 diproyeksi berada pada kisaran 5,14 hingga 5,21 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement