REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan menghasilkan sejumlah kesepakatan bisnis senilai 6,2 miliar dolar AS atau setara Rp 81,7 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar AS). Kedua belah pihak menandatangani 15 nota kesepahaman dan enam komitmen investasi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (10/9), mengatakan selain kesepakatan bisnis dan komitmen investasi antara perusahaan swasta kedua negara, BKPM juga menandatangani nota kesepahaman dengan Hyunday Motor Company.
"Dengan ditandatanganinya 15 nota kesepahaman dan enam komitmen investasi tersebut diharapkan sentimen pelaku usaha luar terhadap pasar nasional dapat menjadi lebih baik," kata Tom, sapaan akrab Thomas.
Mantan Menteri Perdagangan itu menjelaskan pemerintah Indonesia menyambut baik upaya-upaya untuk meningkatkan kerja sama dan investasi Korea Selatan pada sektor-sektor industri utama dan otomotif. Kerja sama kedua negara, khususnya di sektor otomotif diharapkan dapat mendukung rencana induk industri otomotif di Indonesia dan dapat menumbuhkan industri komponen dan rantai pasoknya di dalam negeri.
Baca juga, Menlu: Ada Kejutan Penyambutan Presiden di Korsel.
"Yang paling penting itu adalah meyakinkan investor bahwa Indonesia adalah tempat yang nyaman untuk berinvestasi. Kebanyakan negara yang ekonominya sedang terpuruk, karena tidak bisa menjaga sentimen pasar atau pelaku usaha," ujar Tom.
Beberapa kesepakatan bisnis yang diumumkan dalam kunjungan Presiden Jokowi ke Seoul, Korea Selatan, yakni:
1. Pengembangan PLTA Teunom-2 dan 3 di Aceh Jaya senilai 800 juta dolar AS.
2. Pengembangan pabrik kimia (VCM dan PVC) di Merak, Banten senilai 200 juta dolar AS.
3. Pengembangan pabrik mesin diesel senilai 185 juta AS.
4. Pengembangan properti "mixed-use" MNC Lido City di Bogor senilai 150 juta dolar AS.
5. Pembangunan industri kosmetik di Karawang, Jawa Barat, senilai 20 juta dolar AS.
6. Pengembangan PLTA Pongkeru 50 MW di Luwu Timur, Sulawesi Selatan senilai 300 juta dolar AS.
7. Pengembangan PLTA Peusangan-4 di Bireun, Aceh, senilai 430 juta dolar AS.
8. Pengembangan PLTA Samarkilang 77 MW di Bener Meriah, Aceh, senilai 300 juta dolar AS.
9. Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di Jakarta.
10. Pengembangan properti City Gate 88 di Jakarta, senilai 70 juta dolar AS.
11. Pengembangan properti Vasanta Innopark di Bekasi, Jawa Barat, senilai 300 juta dolar AS.
12. Kerja sama strategis di bidang Intelligent Transportation System (ITS).
13. Kerja sama strategis di bidang pengembangan ekosistem startup.
14. Engineering/Procurement/Construction of Jawa ( dan 10 (2x1000 MW) Coal Fired Steam Power Plant Project senilai 3 miliar dolar AS.
15. Kerja sama strategis di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat.
Ada pun enam komitmen bisnis yang dihasilkan yakni:
1. LS Cable & System - PT Artha Metal Sinergi untuk industri kabel listrik di Karawang, Jawa Barat. senilai 50 juta dolar AS.
2. Parkland untuk industri alas kaki/sepatu di Pati, Jawa Tengah, senilai 75 juta dolar AS.
3. Sae-A Trading untuk industri tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah, senilai 36 juta dolar AS.
4. Taekwang Industrial untuk pengembangan industri alas kaki/sepatu di Subang dan Bandung, Jawa Barat, senilai 100 juta dolar AS.
5. World Power Tech - PT NW Industries untuk industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat, senilai 85 juta dolar AS.
6. InterVest - Kejora Ventures untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di Jakarta senilai 100 juta dolar AS.