Senin 10 Sep 2018 11:44 WIB

Rupiah pada Senin Bergerak Melemah

Ancaman tarif terhadap impor Cina memperkuat dolar sebagai aset safe haven.

Pedagang menata barang elektronik yang dijual di pusat elektronik Glodok, Jakarta, Jumat (7/9). Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sempat mencapai Rp14.900 per dolar membuat harga barang elektronik di kawasan itu naik hingga 10 hingga 20 persen.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di pusat elektronik Glodok, Jakarta, Jumat (7/9). Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sempat mencapai Rp14.900 per dolar membuat harga barang elektronik di kawasan itu naik hingga 10 hingga 20 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp 14.843 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.828 per dolar AS. Data ekonomi AS yang membaik mendorong pelemahan ini.

"Dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah didorong membaiknya data ekonomi Amerika Serikat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Senin (10/9).

Data tenaga kerja di Amerika Serikat untuk rata-rata upah per jam mengalami kenaikan menjadi 2,9 persen (year on year/yoy) di atas ekspektasi sebesar 2,7 persen. Selain itu, tingkat pengangguran juga stabil di level 3,9 persen pada Agustus.

"Penguatan data tenaga kerja di AS itu semakin memperkuat ekspektasi investor bahwa The Fed akan menaikan tingkat suku bunga pada September," katanya.

Selain kenaikan tingkat suku bunga, lanjut dia, pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk siap menaikan tarif terhadap impor barang dari Cina senilai 200 miliar dolar AS turut memperkuat dolar AS sebagai aset 'safe haven'. "Penguatan dolar AS itu memperlemah mata uang negara berkembang di pembukaan perdagangan awal pekan ini (Senin, 10/9)," katanya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement