Jumat 07 Sep 2018 09:19 WIB

BTN Dorong Pertumbuhan Sektor Riil

Pelemahan rupiah tak terlalu pengaruhi kinerja BTN.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Dirut Bank Tabungan Negara Maryono memaparkan kinerja perseroan selama semester pertama 2018 di Jakarta, Rabu (18/7). BTN berhasil meningkatkan penyaluran kredit sebesar 19.14% secara year on year setara Rp 211,35 triliun.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Dirut Bank Tabungan Negara Maryono memaparkan kinerja perseroan selama semester pertama 2018 di Jakarta, Rabu (18/7). BTN berhasil meningkatkan penyaluran kredit sebesar 19.14% secara year on year setara Rp 211,35 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mendorong pertumbuhan sektor riil khususnya yang terkait dengan sektor properti. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi sebagai dampak krisis global yang disebabkan perang dagang dan pelemahan nilai tukar.

Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan, untuk mengatasi dampak ketidakpastian isu global yang terjadi saat ini, BTN telah siap melakukan antisipasi dengan melakukan aksi korporasi dan turut serta dalam menggerakkan sektor riil. “Jika sektor riil berkembang maka akan ada suatu pergerakan ekonomi dan bisa mendorong pertumbuhan secara tidak langsung,” kata Maryono dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (7/9). 

Menurut Maryono, dalam bisnis pembiayaan properti ada sekitar 117 industri yang ikut terlibat. Untuk itu, perseroan akan mendorong pertumbuhan KPR sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 

“Jadi kalau bisnis properti naik, maka semua akan ikut terdorong naik,” jelasnya.

Maryono mengungkapkan, permintaan kredit saat ini masih cukup bagus, terutama untuk KPR Subsidi. Hal ini karena rumah merupakan kebutuhan pokok, permintaan KPR Subsidi di berbagai daerah sangat tinggi.

“Kalau rumah menengah atas memang ada koreksi, tetapi BTN mayoritas di KPR Subsidi jadi tidak mengganggu kinerja perseroan. Secara umum pertumbuhan KPR sekitar 19 persen,” tegasnya. 

Mengenai pelemahan rupiah yang terjadi, Maryono menegaskan, hal tersebut tidak berdampak pada bisnis BTN. Pasalnya, outstanding perseroan semuanya dalam bentuk rupiah. 

"Dana kita sebagian besar hampir 100 persen adalah rupiah, jadi tidak ada dampak secara langsung,” kata Maryono. 

Maryono menuturkan, selain didukung permintaan KPR subsidi yang tinggi, kinerja BTN juga diuntungkan dengan relaksasi aturan uang muka atau Loan to Value (LTV). Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan Bank BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, perseroan meyakini akan tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target.

Hingga Juli 2018, BTN mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh sekitar 19,55 persen secara tahunan dari Rp 178,58 triliun pada Juli 2017 menjadi sekitar Rp 213,5 triliun. Untuk dana pihak ketiga (DPK), BTN berhasil menghimpun dana sekitar Rp 188,33 triliun atau naik sekitar 17,27 persen yoy dari Rp 160,59 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement