Selasa 04 Sep 2018 19:15 WIB

Samade Dorong Petani Sawit Lebih Ramah Lingkungan

Petani harus siap dengan sertifikasi ISPO dan RSPO

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) mengajak petani sawit untuk menjalankan perkebunan berkelanjutan. Untuk itu penting bagi petani secara rutin mendokumentasikan usahanya.

Teguh Kurniawan selaku Ketua Samade DPD Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara mengatakan, istilah sustainability atau berkelanjutan di era modern telah menjadi tuntutan dunia internasional khususnya sektor pertanian/perkebunan, maka dalam rangka menunjang kesiapan daya saing (competitiveness) para pelaku usaha khususnya bidang pertanian/perkebunan di dalam negeri maka melalui wadah organisasi ini diharapkan dapat menjadi media edukasi dan sebuah gerakan pemersatu petani/pekebun kelapa sawit mandiri.

Namun, selalu menjadi kendala bagi petani dalam budaya mendokumentasikan pengalaman dan pengetahuan. “Sehingga tak jarang, pengalaman mereka dari banyak hal, hanya menjadi pengalaman tak penting. Padahal jika semua pengalaman mereka terdokumentasi dengan baik, maka pengalaman mereka tentu akan menjadi pengetahuan bagi petani lainnya,” katanya melalui keterangan tertulis.

Ia melanjutkan, petani perlu melakukan persiapan dokumen dan dokumen apa saja yang harus dipersiapkan oleh petani mandiri menuju minyak sawit berkelanjutan dalam hal ini sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainabel Palm Oil) sebagai mandatory maupun RSPO (Rountable on Sustainable Palm Oil) sebagai voluntary.

Perlunya menumbuhkan kesadaran bahwa dokumentasi semua hal adalah penting dalam aktivitas kebun dan manajemen kebun, meskipun kadang kala dokumentasi tersebut dianggap sederhana. Karena hanya melalui dokumentasi sebuah organisasi atau sebuah aktifitas terbukti dilakukan dengan benar, namun tentu saja harus didukung dengan aksi secara lansung dan aktual di lapangan.

Salah seorang di dewan penasehat DPD Dadang Gusyana memaparkan, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama enam tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan. Kenaikan ini mencapai sekitar 2,77 sampai dengan 11,33 persen per tahun. Pada 2010, lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia tercatat seluas 8,55 juta hektare, meningkat menjadi 10,75 juta hektare pada 2014 atau terjadi peningkatan 25,8 persen.

Pada 2015 diperkirakan, luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat sebesar 5,07 persen dari tahun 2014 menjadi 11,30 juta hektare. Perkebunan rakyat saat ini tengah berkembang menjadi kekuatan inti dalam pengembangan kelapa sawit nasional. Saat ini luas areal perkebunan rakyat mencapai 3,5 juta hektare atau sekitar 30 persen dari total areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Jumlah ini berpotensi mengalami peningkatkan seiring semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan sawit bagi perusahaan besar. Namun, pembangunan kebun skala kecil masih terbuka luas di sejumlah wilayah di Indonesia.

Salah satu kendala yang dihadapi perkebunan rakyat adalah rendahnya produktivitas. Hal ini tidak lepas dari banyaknya pengelolaan kebun yang tidak sesuai dengan kaidah teknis. Saat ini, produktivitas perkebunan rakyat diperkirakan kurang dari 20 ton TBS per hektare per tahun.

“Oleh sebab itu perlu diupayakan pengetahuan pekebun dalam hal pengelolaan kebun sesuai dengan standar teknis budidaya kelapa sawit,” katanya.

Dadang sebagai Dewan Penasehat pun siap memberikan dorongan penuh kepada seluruh jajaran Samade Labuanbatu Utara untuk membantu pekebun sawit swadaya atau pekebun menengah kecil. Samade berkewajiban untuk memberikan informasi dan bimbingan Budi daya Sawit yang mudah dimengerti, praktis dan tepat guna.

“Dengan Samade, Dadang berharap dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatkan pengetahuan para pekebun kelapa sawit di Indonesia yang pada akhirnya memberikan dampak pada perbaikan budidaya kelapa sawit dan memberikan hasil peningkatkan produktivitas perkebunan rakyat,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement