Rabu 29 Aug 2018 01:12 WIB

KAFoSSEI : Produk Bank Syariah Harus Genuine!

Meski belum ideal, pilihan terbaik adalah membesarkan dan memperkuat bank syariah.

Korps Alumni Forum Shilaturrahim Studi Ekonomi Islam (KAFoSSEI) menggelar takk show ekonomi syariah.
Foto: Dok KAFoSSEI
Korps Alumni Forum Shilaturrahim Studi Ekonomi Islam (KAFoSSEI) menggelar takk show ekonomi syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korps Alumni Forum Shilaturrahim Studi Ekonomi Islam (KAFoSSEI) menggelar Sharia Economi Session di Resto Bawang Putih Sawangan, Depok, Jawa Barat,  Sabtu (25/8). Event ini mengusung tema "Quo Vadis Perbankan Syariah Pasca 10 tahun UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah".

Talk show tersebut menampilkan pembicara Akhmad Akbar Susamto PhD (ketua KAFoSSEI), Dr  Ali Sakti (peneliti senior BI), dan Sidiq Haryono (praktisi bank syariah), Iman Ni'matullah (praktisi bank syariah) bertindak sebagai moderator.

Keempatnya merupakan alumni FoSSEI yang berasal dari kampus yang berbeda. FoSSEI adalah organisasi yang menghimpun Kelompok-Kelompok Studi Ekonomi Islam dari 164 kampus seluruh Indonesia.

Ketua Majelis Pimpinan Pusat Korps Alumni FoSSEI, Akbar Susamto, memaparkan pandangannya bahwa selain kendala modal, penyebab melambatnya pertumbuhan bank syariah adalah karena masyarakat tidak melihat adanya produk yang genuine di bank syariah.

“Sehingga, dikesankan bank syariah hanya mengekor bisnis bank konvensional meskipun asas kesesuaian akad syariah tetap dijaga. Karena itu, produk bank syariah harus genuine,” kata Akbar Susamto dalam rilis KAFoSSEI yang diterima Republika.co.id, Selasa (28/8).

Ali Sakti memaparkan beberapa temuannya selama riset di lapangan, bank syariah hidup di sebuah environment yang belum ideal. Sehingga dalam beberapa hal harus berdamai dengan kondisi dan realita yang ada.

“Di sisi lain, bank syariah tetap harus mematuhi prinsip syariah sebagaimana tertuang dalam fatwa yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI),” ujar Ali Sakti.

Sementara Sidiq Haryono, owner Bawang Putih Resto, yang sudah 15 tahun berkecimpung sebagai praktisi bank syariah mengakui bahwa bank syariah kerap terpengaruh oleh keinginan pasar dan kepentingan pemilik modal.

“Lantaran itulah bank syariah kerap membuat inovasi produk yang cenderung mencari hilah atau terobosan fiqh yang agak berlebihan,” tuturnya.

Meskipun demikian, ketiga pembicara sepakat bahwa pilihan terbaik adalah membesarkan dan memperkuat bank syariah yang meskipun dalam beberapa aspek masih harus ditingkatkan. Bagaimanapun bank syariah adalah ijtihad ulama yang telah terbukti memberikan alternatif transaksi ekonomi yang berkeadilan.

Diskusi ini dihadiri oleh 85 orang peserta yang berasal dari mahasiswa aktivis dan alumni FoSSEI, praktisi lembaga keuangan syariah, pengusaha properti, dan para pegiat bisnis start-up.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement