Selasa 28 Aug 2018 11:02 WIB

2018, Tahunnya Bersih-Bersih NPF Perbankan Syariah

Kinerja keuangan perbankan syariah sepanjang semester I 2018 membaik

Adiwarman Karim
Foto: Republika/Da'an Yahya
Adiwarman Karim

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Tahun 2018 diyakini akan membawa angin segar bagi perbankan syariah Indonesia. Sejumlah bank syariah, meski masih mencatatkan rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) yang tinggi, namun berhasil membangun kinerja keuangan yang membaik.

Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia (KCI) Adiwarman A Karim menjelaskan, sedikitnya ada tiga bank syariah yang mencatatkan kenaikan laba hingga semester I 2018, yakni Bank Muamalat, Bank BJB Syariah, dan Bank Panin Dubai Syariah.

"Tahun 2018 disebut tahun bersih-bersih NPF perbankan syariah. Alhamdulillah ketiga bank ini per Juni bukunya udah bagus. Muamalat labanya naik 5 kali, BJBS laba juga naik, dan Panin Dubai sudah baik. Kita lihat ketiganya akan tutup buku dengan kinerja baik sehingga tahun 2019 akan ada lompatan," jelas Adiwarman dalam paparannya mengenai analisis perbankan syariah sebagaimana dilaporkan wartawan Republika, Sapto Andika Candra dari Auckland, Selandia Baru, Senin (27/8).

Optimisme terhadap perbaikan kinerja perbankan, termasuk pemulihan NPF, didukung sejumlah hal. Pertama, ujar Adiwarman, adanya rencana BNI Syariah untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada 2019.

Rencana tersebut mempertimbangkan pertumbuhan anorganik perusahaan. BNI Syariah sendiri mulai melirik rencana IPO untuk pendanaan di masa depan.

Akses ke pasar modal tersebut juga diyakini dapat meningkatkan posisi kompetitif, juga meningkatkan tingkat transparansi dan akuntabilitas perusahaan. "Kedua, Bank Syariah Mandiri (BSM) kita duga juga akan IPO tahun 2019. Ini akan mendorong pertumbuhan perbankan syariah," jelas Adiwarman.

Dorongan ketiga bagi industri perbankan syariah adalah rencana digabungnya Unit Usaha Syariah (UUS) yang dimiliki oleh masing-masing Bank Pembangunan daerah (BPD) di Tanah Air. Sejumlah hal tersebut diyakini menjadi bahan bakar bagi penguatan kinerja bank syariah di Indonesia.

Meski ada keyakinan adanya perbaikan kinerja, namun risiko tetap membayangi perbankan syariah. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS pada September 2018 diduga akan berbuntut pada kenaikan suku bunga BI dan kenaikan suku bunga penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

"Naiknya tingkat suku bunga ini akan sebabkan cicilan antar nasabah akan naik. Sehingga kita duga bank anak naik NPF-nya," kata Adiwarman.

Direktur Utama Bank BJB Syariah, Indra Faletehan, menyebutkan bahwa sejumlah langkah sudah disiapkan pihaknya untuk terus menekan angka NPF. BJB Syariah sendiri menargetkan angka NPF bisa di bawah 5 persen pada akhir 2018. Rasio NPF BJB Syariah per Desember 2017 tercatat masih di level 22 persen secara gross. Pada semester I 2018 rasio NPF turun menjadi 19 persen.

BJB Syariah, lanjut Indra, melakukan beberapa strategi untuk menurunkan rasio NPF. Antara lain melalui hapus buku, penagihan, dan restrukturisasi. Selain itu, ia menyatakan telah melakukan pencadangan pada 2017 sampai dengan 90 persen. Artinya, dari total pembiayaan bermasalah, sebanyak 90 persen dicadangkan.

"Tahun ini akan laba insya Allah karena dua tahun kemarin kami rugikan, dan NPF gros 19-20 persenan, namun nett nya 3 (persen). Kalau dibilang fundamentalnya, akhir tahun ini di bawah 5 persen," kata Indra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement