Kamis 23 Aug 2018 22:50 WIB

Tarif Baru Perdagangan AS-Cina Berlaku

Perang dagang AS-Cina meluas.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di Great Hall of the People di Beijing, Cina, Kamis (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina  semakin luas. Kedua negara sama-sama menerapkan bea masuk barang-barang impor sebesar 25 persen, Kamis (23/8).

Dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu terus saling membalas pemberlakuan tarif masuk terhadap produk-produk senilai 100 miliar dolar AS atau hampir Rp 1.500 trilun sejak Juli lalu. Akibatnya ialah pertumbuhan ekonomi global terancam.

Kementerian Perdagangan Cina mengatakan bahwa AS 'masih keras kepala' dengan menerapkan tarif baru. "Cina sangat menentang kebijakan ini dan akan terus mengambil langkah balasan," kata mereka dalam siaran tertulis.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan memberlakukan bea masuk terhadap barang-barang impor dari Cina senilai lebih dari 500 miliar dolar AS, kecuali Cina sepakat untuk mengetatkan aturan hak kekayaan intelektual, menghapus subsidi industri, dan membeli lebih banyak barang dari Amerika Serikat.

photo
Perang dagang AS dan Cina.

Kabinet Trump terpecah soal harus seberapa keras mereka bersikap terhadap Beijing. Namun mereka sama-sama yakin telah menang dalam perang dagang dengan indikasi melambatnya perekonomian Cina dan bergejolaknya pasar saham di sana.

"Mereka tidak akan dengan mudah menyerah. Wajar jika mereka membalas," kata Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross pada Rabu.

Sejumlah ekonom memperkirakan bahwa setiap 100 miliar barang impor yang kena tarif, akan mengurangi angka perdagangan global sebesar 0,5 persen. Perang dagang tersebut juga akan membuat perekonomian Cina melambat sebesar 0,1 sampai 0,3 persen, sementara Amerika Serikat kurang dari itu. Namun dampak terbesar baru akan terasa pada tahun depan terhadap rantai pasokan global.

Tarif baru diberlakukan justru saat pejabat tingkat menengah dari kedua negara tengah berunding. Sejumlah kelompok usaha berharap pertemuan itu akan membuahkan hasil nyata. Meskipun demikian, Trump mengaku tidak "berharap banyak" dari perundingan itu.

Perang dagang antara kedua negara terjadi saat Trump menuding Cina telah secara sistematis memaksakan transfer teknologi dari perusahaan asal Amerika Serikat sehingga melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tudingan itu dibantah oleh Cina.

Tarif baru dari AS mencakup 279 kategori produk dari hina, termasuk di antaranya semikonduktor, plastik, bahan kimia, dan peralatan konstruksi rel kereta.

Sementara itu Cina membalasnya dengan memberlakukan hal yang sama bagi 333 kategori produk dari Amerika Serikat termasuk batu bara, tembaga, bahan bakar, produk baja, bus, dan peralatan medis.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement