REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Indonesia pada Juli 2018 mengalmai peningkatan hingga 62,17 persen dibanding Juni 2018, yakni dari 11,2 miliar dolar AS menjadi 18,27 miliar dolar AS. Sementara, dibandingkan dengan posisi Juli 2017, nilai impor juga naik tinggi hingga 31,56 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Juli, kenaikan impor terjadi pada migas dan nonmigas. Sementara impor migas naik 457,3 juta dolar AS (22 persen), impor nonmigas naik sampai 6 miliar dolar AS (71,5 persen). "Peningkatan impor migas dipicu naiknya nilai impor seluruh komponen migas, yakni minyak mentah, hasil minyak dan gas," ucapnya dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/8).
Nilai impor kumulatif Januari sampai Juli 2018 adalah 107 miliar dolar AS atau meningkat 24,48 persen dibanding periode yang sama pada 2017. Peningkatan terjadi pada impor migas dan nonmigas dengan masing-masing nilai 3,2 miliar dolar AS (24,51 persen) dan 17,8 miliar dolar AS (24,47 persen).
Baca juga, BPS: Defisit Perdagangan Tinggi Disebabkan Impor Mesin
Peningkatan impor nonmigas terbesar Juli 2018 dibanding Juni 2018 adalah golongan mesin dan pesawat mekanik yang mencapai 1,09 miliar dolar AS atau 71,95 persen. Sedangkan, penurunan terbesar adalah pada golongan gula dan kembang gula sebesar 35,8 juta dolar AS atau 20 persen.
Dari seluruh sektor nonmigas, impor terbesar selama Januari sampai Juli 2018 didatangkan dari Cina dengan nilai 24,83 miliar dolar AS. Dibanding dengan tahun lalu dalam periode yang sama, nilai tersebut mengalami peningkatan 32 persen, dari 18,8 miliar dolar AS. "Untuk produknya yang terbanyak adalah televisi, laptop dan fresh apple," ujar Suhariyanto.
Posisi kedua negara asal barang utama terbesar ditempati oleh Jepang yang memiliki nilai 10,45 miliar dolar AS. Nilai impornya ke Indonesia juga mengalami peningkatan dibanding periode Januari sampai Juli 2017 mencapai 25 persen. Sementara itu, posisi ketiga ada Thailand dengan nilai impor 6,3 miliar dolar AS.