REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat, ekspor Indonesia ke negara Timur Tengah masih sekitar lima persen dari total ekspor yang dilakukan Indonesia. Ketua Kadin Indonesia Komite Timur Tengah Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Mohammad Bawazeer optimistis, jumlah itu bisa saja meningkat dengan beberapa perbaikan terutama terkait Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Bawazeer menambahkan, pencapaian lima persen itu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya empat persen. Sebanyak 40 persen di antaranya banyak dituju ke Arab Saudi, sementara sisanya ke negara-negara teluk. Sebagian besar komoditasnya adalah pangan dan mebel. "Itu di luar minyak dan gas, kalau itu defisit, kita impor," ujarnya ketika ditemui di Kantor KADIN Indonesia, Selasa (14/8).
Menurut Bawazeer, peningkatan satu persen selama satu tahun tersebut merupakan pertanda bagus karena nilai ekspor Indonesia ke beberapa negara diketahui mengalami penurunan. Peningkatan ini merupakan sebuah pertanda bahwa konstalasi peraturan ekonomi di Timur Tengah mendorong masuknya komoditas ke sana.
Selain itu, sekarang ada peluang baru untuk meningkatkan ekspor ke Qatar. Sebab, negara ini sedang membuka pintu setelah konflik dengan negara tetangga sembari melakukan persiapan penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
Bawazeer mengakui, angka lima persen memang masih kecil. Ini tak terlepas dari masih rendahnya pemahaman pelaku UMKM yang menjadi eksportir besar ke Timur Tengah. Mereka masih belum memahami prosedur dan kemasan komoditas yang mampu menarik pangsa pasar banyak.
Apabila pemerintah bisa fokus membantu UMKM untuk ekspor, Bawazeer optimistis, nilai ekspor Indonesia ke Timur Tengah bisa meningkat hingga 10 persen. Secara kelembagaan, pemerintah harus turun tangan. Sementara KADIN akan memberikan pemahaman, pemerintah juga harus mempermudah akses pasar.
Selain ekspor, pemerintah juga harus mulai melirik ke investasi di Timur Tengah. Bawazeer menambahkan, banyak negara kini sedang mengembangkan visi misi di tahun 2030. Artinya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di negara-negara tersebuat aktif untuk menarik investasi. "Kalau dulu Saudi menanam modal ke luar, dia sekarang banyak mengundang negara lain ke negaranya," tuturnya.
Selain itu, negara-negara di Timur Tengah juga memberikan kemudahan lain bagi para investor. Termasuk di antaranya pemerintah Arab Saudi memberikan visa businessman hanya satu hari yang menjadi bukti bahwa mereka serius dalam mengundang negara lain dan menyukseskan visi 2030.
Dengan kondisi ini, Bawazeer mengingatkan kepada pengusaha dan pemerintah untuk tidak mengabaikannya. "Ini harus dimanfaatkan. Jangan ignore ketika ada negara-negara yang memberi kemudahan," ucapnya.
Sementara itu, Ketua KADIN Indonesia Rosan Roeslan menjelaskan, salah satu upaya untuk membantu peningkatan ekspor ke Timur Tengah, khususnya negara OKI adalah melalui penyelenggaran Sidang Tahunan Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (ICCIA). Pada pelaksanaannya di bulan Oktober, Indonesia akan menjadi tuan rumah dari acara yang menghadirkan sekitar 700 peserta dari pelaku usaha dan industri terkait.
Tercatat, nilai ekspor Indonesia ke negara OKI mencapai 23 miliar dolar AS pada 2017. "Kita harap peningkatan yang setinggi-tingginya untuk acara ini. Salah satunya karena pelaksanaannya hanya jeda sehari dengan Trade Expo Indonesia (TEI)," ucapnya.
ICCIA merupakan organisasi kamar dagang yang berafiliasi dengan OKI. ICCIA didirikan pada sidang Menteri Luar Negeri yang diikuti negara-negara anggota OKI di Istanbul Turki pada 1976. Organisasi ini beranggotakan 57 badan atau federasi kamar dagang dari masing-masing negara anggota OKI yang tujuannya meningkatkan pertummbuhan ekonomi dunia dengan berkolaborasi.