REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski berbentuk financial technology (fintech), PT Akseleran Executive Officer mengaku tetap menjaga kualitas pembiayaannya. Sampai Juli 2018, rasio kredit bermasalahnya (Non performing Loan/NPL) terjaga di bawah 0,9 persen.
"Itu NPL kita real segitu," tegas Co Founder and Chief Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada Republika di Jakarta, akhir pekan ini.
Perusahaan memiliki model penilaian kredit (credit scoring) sendiri untuk memastikan pembiayaan disalurkan secara tepat. Akseleran fokus pada tiga hal, yaitu cashflow, agunan, dan karakter si peminjam.
Baca juga, Akseleran Targetkan Pembiayaan Rp 1 Triliun pada 2019
"Pertama cashflow, datanya dari financial report tapi datanya tidak hanya dari itu, contohnya bila ada transaksi online akan tercatat," jelasnya.
Pencatatan transaksi online penting demi mengetahui rekam jejak calon peminjam. Pasalnya, bila hanya laporan dari secarik kertas, perusahaan tidak melakukan verifikasi.
Akseleran juga memastikan agunan atau jaminan calon debitur. Ketiga, Ivan menjelaskan, fintech peer to peer (p2p) lending ini pun memperhatikan karakter si peminjam. "Apakah dia pernah punya kredit macet atau pernah menangguhkan bayar tagihan tidak," katanya.