Kamis 03 Aug 2017 17:00 WIB

Dikaji, Pengembangan Ekonomi Syariah Berbasis Pesantren

BI memberikan asistensi untuk pelatihan dan pendampingan.

Rep: agung fazza/ Red: Joko Sadewo
Suasana pengunjung di stand kopiah dalam gelaran Syariah Fair dalam rangkaian Bank Indonesia (BI) Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2018, Jumat (3/8), di Lampung Walk, Bandar Lampung.
Foto: republika/agung fazza
Suasana pengunjung di stand kopiah dalam gelaran Syariah Fair dalam rangkaian Bank Indonesia (BI) Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2018, Jumat (3/8), di Lampung Walk, Bandar Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Antusiasme dan geliat kegiatan ekonomi syariah di kalangan masyarakat, khususnya di Sumatera terus meningkat. BI di regional Sumatera akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan ekonomi syariah berbasis pesantren.

"Kita berharap kesadaran masyarakat dan pelaku usaha syariah semakin meningkat," ungkap Kepala Departemen Regional I Bank Indonesia (BI), Suheidi di sela gelaran Syariah Fair dalam rangkaian Festival Ekonomi Syariah Lampung 2018, Jumat (3/8), di Lampung Walk, Bandar Lampung.

Suheidi memang berharap gelaran Syariah Fair Sumatera 2018 ini memberi hasil lebih baik dari sisi jumlah pengunjung dan transaksi dibanding gelaran serupa tahun lalu. "Tapi yang lebih penting dan fundamental adalah geliat kegiatan ekonomi syariah di kalangan masyarakat bisa terus meningkat. Kita bersyukur semua pihak bergerak ke arah yang sama," tambahnya.

Ke depan, ditegaskan Suheidi, BI di regional Sumatera akan terus bekerja sama dengan lembaga keuangan, dengan mitra-mitra bisnis lain, untuk mengkaji dan mulai mengembangkan ekonomi syariah berbasis pesantren. "Jadi bagaimana kita mengembangkan pesantren, bukan hanya menuju kemandirian, tapi juga memperkenalkan pesantren dengan prinsip-prinsip bisnis termasuk kehati-hatiannya dan kelayakannya. Harapannya, pengembangan ekonomi syariah berbasis pesantren bisa melahirkan santri-santri entreprenur," jelasnya.

Sehingga, pengembangan ekonomi syariah berbasis pesantren tidak hanya untuk kepentingan lokal dan jangka pendek, tapi lebih bersifat jangka panjang. Apalagi bisa diharapkan pengembangan pesantren seperti itu sangat mungkin meluas. Di Sumatera saja, dia bilang, ada ribuan pesantren dan itu semua bisa saling terkoneksi dalam kegiatan usaha.

"Di Sumatera kita juga sedang merintis, mengajak perbankan syariah terutama yang memiliki keahlian dan fokus pada kredit mikro dan pedesaaan. Kita akan melihat pesantren-pesantren di Sumatera, lalu kita akan buat semacam model bisnis. Lembaga keuangan syariah akan melihat dari sisi kelayakan bisnis. BI sendiri mungkin memberikan asistensi untuk pelatihan dan pendampingan. Pemerintah daerah mungkin bisa memasukkannya dalam program-program terkait yang ada. Nantinya, diharapkan menjadi program terintegrasi dan sinergis. Ini yang sedang kita rintis. Mudah-mudahan bisa jalan. Mohon doanya," tutur Suheidi.

Menurut Suheidi, upaya rintisan tersebut diharapkan mampu menyentuh dan memicu pertumbuhan perekonomian di pedesaaan. "Kita akan coba rintis dengan beberapa pesantren sebagai pilot project di Aceh dan Lampung. Dalam jangka panjang bisa saja terbentuk jaringan produksi pesantren. Tapi yang penting sekarang ini kita membangkitkan dulu semangatnya. Pesantren tidak hanya bisa mandiri, tapi juga pesantren yang melahirkan santri-santri entrepreneur," ujarnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement