Kamis 02 Aug 2018 15:15 WIB

OJK: Produk EBA Semakin Diminati

Total penerbitan EBA sejak diluncurkan pada 2014 hingga kini mencapai Rp 14,2 triliun

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Peluncuran Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) Ritel PT Sarana Multigriya Finansial Tbk (SMF) di Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/8).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Peluncuran Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) Ritel PT Sarana Multigriya Finansial Tbk (SMF) di Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, produk Efek Beragun Aset (EBA) terus menunjukkan pertumbuhan positif. Alasannya, dalam lima tahun pertama sejak produk dikeluarkan pada 2009 sampai 2013, total penerbitan EBA telah mencapai Rp 3,9 triliun. 

"Lalu dalam lima lima tahun terakhir yakni dari 2014 sampai Juli 2018, total penerbitan EBA mencapai Rp 14,2 triliun," ujar Deputi Direktur Perizinan Pengelolaan Investasi OJK I Made Bagus Tirthayatra pada perilisan EBA-SP Ritel oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) di Jakarta, Kamis, (2/8). Jenis aset yang disekuritisasi, kata dia, juga terus berkembang. 

Ia menjelaskan, awalnya aset yang disekuritisasi hanya Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hanya saja kini semakin beragam, bahkan penerimaan Jalan Tol Jagorawi, tagihan listrik, serta penerimaan tiket pesawat bisa menjadi portofolio produk EBA. 

Meski begitu, kata dia, masih ada tantangan dalam meningkatkan instrumen EBA. Pertama, kurangnya kesadaran investor. "EBA kasih return menarik tapi banyak yang belum paham," kata I Made. 

Ia menyebutkan, tantangan kedua yakni kurangnya tingkat likuiditas dari EBA sendiri. "Maka itu OJK sangat mengapresiasi peluncuran EBA ritel (oleh SMF) hari ini. Diharapkan ini efektif untuk meningkatkan likuiditas EBA di pasar sekunder," ujarnya. 

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djayadi pun berharap, instrumen EBA semakin berkembang. Dengan begitu, memberikan alternatif untuk berinvestasi di Indonesia. 

"Semoga dapat meningkatkan investasi minat investor di pasar EBA. Lalu menjadi likuid," kata Inarno. Ia menambahkan, saat ini ada 14 EBA dengan nilai Rp 9 triliun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement