Rabu 01 Aug 2018 16:37 WIB

Jengkol Ikut Kerek Inflasi Sumbar

Harga jengkol sempat naik 55,9 persen di Bukittinggi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Teguh Firmansyah
Jengkol.
Foto: dok Republika
Jengkol.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dua komoditas pangan, yakni daging ayam ras dan jengkol, sama-sama masuk ke lima besar komoditas penyumbang inflasi di Kota Padang dan Bukittinggi, Sumatra Barat pada Juli 2018. Selain dua komoditas itu, masih ada komoditas lain yakni bensin, beras, dan telur ayam yang juga menyumbang andil inflasi dengan porsi lebih rendah.

BPS mencatat, khusus daging ayam ras, terjadi inflasi hingga 11,12 persen di Padang dan 6,79 persen di Bukittinggi. Sementara untuk jengkol, harganya tercatat naik 8,82 persen di Padang dan melonjak 55,99 persen di Bukittinggi. Tingginya inflasi yang terjadi pada kedua komoditas ikut mendongkrak raihan inflasi di Sumatra Barat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis, nilai inflasi di Kota Padang pada Juli 2018 sebesar 0,62 persen, lebih tinggi dibanding raihan inflasi bulan sebelumnya yakni 0,39 persen. Sedangkan inflasi Juli 2018 di Kota Bukittinggi tercatat 0,09 persen, lebih rendah dibanding capaian Juni sebesar 0,2 persen. Secara tahun kalender Januari-Juli 2018, inflasi Kota Padang sebesar 2,15 persen dan Bukittinggi tercatat 0,83 persen.

Kepala Kantor Perwakilan BPS Sumatra Barat, Sukardi, menyebutkan, laju inflasi di kedua kota yang diukur paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan biaya pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan andil 1,56 persen.

Baca juga,  BPS: Inflasi Juli Mencapai 0,28 Persen.

Di posisi kedua, kelompok pendorong inflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan dengan andil 1,2 persen. Kemudian disusul kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil 0,85 persen. Terakhir, kelompok listrik dan bahan bakar menyumbang andil 0,02 persen.

"Tapi kalau daging ayam kenaikan merata di Indonesia ya, bukan hanya di Sumbar. Produksi menurun, sehingga harga meningkat," jelas Sukardi di Kantor BPS Sumbar, Rabu (1/8).

Untuk jengkol, puncak kenaikan harga terjadi pada periode Lebaran lalu. Saat itu harga jengkol bisa menyentuh Rp 2 ribu per biji atau sekitar Rp 2 juta per karung. Saat ini, harga jengkol sudah mulai merosot menuju harga Rp 700 per biji atau sekitar Rp 600 ribu - Rp 700 ribu per karung.  "Awal Juli lalu, sempat kami jual Rp 1.500 hingga Rp 2 ribu per bijinya," jelas Zulkifli, salah satu pedagang di Pasar Raya.

Sedangkan untuk bensin yang juga ikut mendorong laju inflasi, disebabkan kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) nonpenugasan jenis Pertalite dan Dexlite di wilayah pemasaran Sumbar sebesar Rp 200 per liter per Senin (16/7). Pertalite dan Dexlite kini dijual dengan harga per liternya masing-masing Rp 8 ribu dan Rp 9.200.

Naiknya dua jenis BBM nonsubsidi tersebut merupakan buntut dari penerapan Peraturan Daerah (Perda) terkait kenaikan besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) yang semula 5 persen menjadi 7.5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement