Kamis 26 Jul 2018 13:18 WIB

Vale Bukukan Laba 66,1 Juta Dolar AS

Pada tahun ini Vale menargetkan produksi nikel sekitar 77 ribu metrik ton

pt vale indonesia
Foto: jobscdc.com
pt vale indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Vale Indonesia mencatat laba sebelum pajak pada kuartal kedua tahun 2018 sebesar 66,1 juta dolar AS. Perolehan laba tersebut meningkat sekitar 22,9 juta dolar AS dibandingkan kuartal pertama 2018 sebesar 43,2 juta dolar AS.

Berdasarkan data yang dirilis PT Vale Indonesia pada Kamis (26/7), peningkatan laba ini terutama disebabkan oleh lebih tingginya pengiriman dan rata-rata harga realisasi. Sementara itu kas dan setara kas perseroan meningkat sebesar 185,9 juta dolar AS pada 30 Juni 2018, dari 177,9 juta dolar AS pada 31 Maret 2018. PT Vale akan terus melakukan kontrol yang hati-hati atas pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas.

Menurut CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Nico Kanter, pihaknya telah mengeluarkan sekitar 13,3 juta dolar AS belanja modal dalam kuartal ini, turun dari 16,5 juta dolar AS pada triwulan pertama.

Pada 2018, Vale Indonesia berencana memproduksi sekitar 77 ribu metrik ton (mt) nikel dalam matte. Di saat yang bersamaan, perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing perseroan dalam jangka panjang tanpa mengompromikan nilai utama perseroan, yaitu keselamatan jiwa merupakan hal terpenting.

Selain itu, Vale Indonesia juga mencatatkan produksi nikel dalam matte naik sekitar 10 persen pada triwulan kedua 2018, dibandingkan ketika kuartal pertama pada tahun yang sama. Perseroan mencatat produksi nikel dalam matte sebesar 18.893 mt dan penjualan sebesar 204,2 juta dolar AS pada kuartal kedua tahun 2018.

"Produksi nikel dalam matte sekitar 10 persen lebih tinggi pada kuartal kedua dibandingkan pertama. Selain itu, pendapatan sekitar 20 persen lebih tinggi, disebabkan oleh lebih tingginya volume pengiriman dan rata-rata harga realisasi di 2018. Pengiriman nikel dalam matte meningkat sekitar 9 persen menjadi 18.764 mt, dan rata-rata harga realisasi naik sekitar 10 persen menjadi 10.880 per ton pada kuartal kedua dibandingkan triwulan pertama," kata Nico Kanter memaparkan.

Namun, dengan kondisi pasar yang naik turun, Nico menjelaskan akan tetap fokus dalam mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement