Kamis 12 Jul 2018 07:38 WIB

Harga Minyak Jatuh Dipicu Pembukaan Pelabuhan Ekspor Libya

Minyak mentah WTI untuk pengiriman Agustus merosot 3,73 dolar AS.

Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Rabu waktu New York atau Kamis (12/7). Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus merosot 3,73 dolar AS menjadi menetap di 70,38 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Penurunan harga minyak dipicu perusahaan minyak National Oil Corp (NOC) Libya mencabut force majeure (keadaan tak terduga yang mencegah seseorang memenuhi kontraknya) pada empat pelabuhan minyak Libya.

NOC mengatakan ekspor dari terminal-terminal itu diprediksi akan kembali ke tingkat normal dalam beberapa jam ke depan setelah mencabut force majeure di pelabuhan minyak timur pada Rabu (11/7). Produksi minyak Libya turun menjadi 527 ribu barel per hari (bpd) dari tertinggi 1,28 juta barel per hari pada Februari setelah penutupan pelabuhan.

Perang Dagang, AS Luncurkan Tarif Baru ke Cina

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 12,6 juta barel pekan lalu menjadi 405,2 juta barel, menandai penurunan mingguan terbesar dalam pasokan minyak mentah domestik dalam hampir dua tahun, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu (11/7).

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman September, jatuh 5,46 dolar menjadi 73,40 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah Brent mencatat penurunan satu hari terbesar dalam dua tahun terakhir. Pasar minyak juga tertekan, karena meningkatnya ketegangan perdagangan Amerika Serikat dan Cina mengancam akan merugikan permintaan minyak.

"Meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan Cina telah mendorong penghindaran risiko dalam sesi perdagangan hari ini, yang terbukti dalam harga minyak," kata Abhishek Kumar, analis energi senior di Interfax Energy, seperti dikutip Reuters.

Harga minyak mentah juga turun karena dolar AS naik didukung laporan inflasi AS yang secara mengejutkan kuat. Ini meningkatkan prospek bank sentral AS Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dua kali lebih banyak tahun ini. Dolar yang lebih kuat dapat melemahkan komoditas berdenominasi dolar AS, seperti minyak mentah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement