Jumat 06 Jul 2018 20:36 WIB

Mendag Minta tak Perlu Khawatir Perang Dagang

Bagi Indonesia, dampak perang dagang AS-Cina tidak besar.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam acara Executive Dialogue and Business Matching Forum dalam gelaran Apkasi Otonomi Expo 2018 di ICE BSD City, Serpong, Jumat (6/7).
Foto: Republika/Melisa Riska Putri
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam acara Executive Dialogue and Business Matching Forum dalam gelaran Apkasi Otonomi Expo 2018 di ICE BSD City, Serpong, Jumat (6/7).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Perdagangan Engartiasto Lukita meminta Indonesia tidak terlalu khawatir dalam perang dagang yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Dampaknya pasti akan diraskan semua, tapi secara relatif bagi kita tidak terlalu besar," katanya saat menghadiri Executive Dialogue and Business Matching Forum, Apkasi Otonomi Expo 2018 di ICE BSD City, Jumat (6/7).

Ia menjelaskan, adanya pengenaan tarif bahan baku dari satu negara ke negara lain dalam hal ini AS dengan Cina, maka pada satu titik akan berdampak pada peningkatan harga barang, contohnya baja.

"Yang akan terkena adalah Boeing. Komponen itu pasti ada yang terkena," kata dia. 

Sementara dengan adanya penerapan tarif ini, akan ada produk-produk dari Cina dan negara lain yang mausk ke pasar-pasar luar negeri lain, termasuk Indonesia. Sebagai suatu negara, ia melanjutkan, Indonesia tidak mungkin melarang masuknya produk mereka karena hal serupa bisa dilakukan.

Untuk itu, peranan pemerintah kabupaten diharapkan bisa menjaga agar masyarakat mengkonsumsi produk lokal, mencintai produk dalam negeri. Termasuk mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkatkan produksinya dengan kualitas yang baik.

Kemendag mendorong masing-masing daerah meningkatkan produknya dan secara bertahap untuk melihat permintaan pasar. Maksudnya, produksi daerah tersebut diperuntukkan untuk memenuhi pasar dalam negeri.

"Memenuhi pasar dalam negeri bukan sesuatu yang jelek karena dengan arus barang luar yang masuk, kalau produksi dalam negeri itu diserap di dalam sendiri itu kan positif," ujarnya. Nantinya, jika daerah telah siap dengan produksinya maka akan didorong untuk melakukan ekspor.

Dalam kesempatan tersebut Enggar meminta tidak ada ego dalam kekhasan daerah karena pasar yang dinamis. Sehingga setiap daerah perlu menyesuaikan dengan permintaan.

"Ini bukan sisi suplainya tapi sisi demand-nya. Demand market bukan supply market sekarang. Persaingannya begitu ketat, pilihannya begitu banyak," kata dia.

Persatuan antara daerah perlu dilakukan untuk menjaga pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Diakui Enggar pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan negara tetangga tidak begitu baik karena pangsa pasar yang diserap pasar lain lantaran adanya  perjanjian perdagangan. Perjanjian perdagangan ini menentukan adanya tarif barier dan tarif nonbarier.

"Sekarang akan kita kejar perjanjian itu," katanya.

Beberapa negara yang akan melakukan perjanjian dagang dengan Indonesia dalam waktu dekat adalah Chili dan Palestina. Tahun ini juga akan dilakukan perjanjian dengan Tunisia, Mozambik Maroko dan Australia. 

Seperti diketahui, akses pasar tradisional Indonesia adalah Uni Eropa (UE), Amerika, Jepang dan Cina. Sementara akses pasar yang baru adalah Afrika, Asia Tengah, Asia Selatan dan Timur Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement