REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia harus menjadi pemain utama di industri keuangan syariah. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya sekadar pasar belaka.
"Kita harus memanfaatkan apa yang masih kurang, jangan hanya menjadi pasar," kata Bambang saat ditemui di sela-sela Konferensi Keuangan Syariah ke-3 di Makassar, Kamis (5/7).
Bambang mengatakan, salah satu upaya untuk meningkatkan potensi tersebut adalah mempermudah akses pembiayaan nasabah dari perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya, melalui sinergi dengan institusi teknologi finansial (fintech).
"Kehadiran perbankan syariah ini sudah mengurangi risiko, karena setiap transaksi membutuhkan underlying assets. Saat ini ada pangsa pasar yang menginginkan keuangan syariah berkembang, jangan sampai tidak menggunakan potensi itu," ujarnya.
Dengan kehadiran perbankan syariah yang kuat, ia memastikan terdapat wirausaha baru atau pelaku usaha kecil yang terlibat di industri halal. Dalam jangka panjang, juga bisa membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.
"Kita ciptakan ekosistem keuangan syariah, dengan mendorong keberadaan UMKM dan mempermudah pembiayaan dari bank syariah. Dengan demikian ini bisa menambah jumlah UMKM yang masih kurang untuk mengembangkan industri halal," ujar Bambang.
Saat ini, industri keuangan syariah di Indonesia masih sedikit tertinggal dari Malaysia dan Inggris, dengan porsi terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan hanya sekitar lima persen. Tidak hanya itu, produk halal Indonesia juga masih kalah bersaing dengan produk halal dari negara lain.
Dalam kesempatan terpisah, Head Islamic Finance World Bank Abayomi Alawode mengingatkan pentingnya peningkatan peran keuangan syariah karena dapat berkontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan, mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesinambungan pertumbuhan.
Baca juga, 3 Pilar Memperkuat Keuangan Syariah Tanah Air.
Untuk meningkatkan peran tersebut, salah satu caranya dengan memanfaatkan teknologi finansial yang saat ini berkembang pesat guna memberikan akses pembiayaan kepada UMKM maupun pelaku usaha kecil. Termasuk juga pendanaan infrastuktur, akses kepada jasa keuangan serta investasi kepada dunia pendidikan.
"Pemanfaatan fintech ini bisa mendorong akses dan inklusi keuangan, menurunkan biaya transaksi keuangan dan meningkatkan kualitas manajemen risiko," ujarnya.
Namun, tambah Alawode, beberapa risiko perlu dimitigasi dari perkembangan inovasi teknologi antara lain ketidakpastian regulasi, risiko keamanan siber dan eksploitasi konsumen yang sangat dimungkinkan akibat pencurian data.