Kamis 05 Jul 2018 06:36 WIB

Buwas Masih Simpan 'Senjata Rahasia' untuk Hantam Kartel

Perlu ada sinergi berbagai pihak untuk swasembada pangan.

Dirut Bulog, Budi Waseso (kanan) didampingi Bupati Brebes, Idza Priyanti (kedua kanan) saat Groundbreaking pemasangan Mesin CAS (tempat penyimpanan bawang merah) di Komplek Pergudangan Desa Klampok, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (4/7).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Dirut Bulog, Budi Waseso (kanan) didampingi Bupati Brebes, Idza Priyanti (kedua kanan) saat Groundbreaking pemasangan Mesin CAS (tempat penyimpanan bawang merah) di Komplek Pergudangan Desa Klampok, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan perlu adanya sinergi yang baik antara Bulog dengan pengusaha, perbankan, dan gapoktan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan swasembada pangan di Indonesia.  Sinergitas itu penting karena untuk membangun sesuatu tidak bisa dilakukan sendiri.

Menurut Buwas, sapaan akrabnya, Perum Bulog masih menyimpan gebrakan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan swasembada pangan di Indonesia. Gebrakan itu suatu saat nanti akan dilakukan.

"Masalah itu masih rahasia agar mafia pangan tidak mengetahui. Itu (mereka) tidak boleh tahu. Kami harus optimistis ketahanan pangan dan swasembada pangan akan terwujud," katanya.

Baca juga, Buwas: Penyimpanan Bawang untuk Antisipasi Kartel.

Ia mengatakan salah satu upaya yang sudah dilaksanakan pada Selasa(4/7) dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan dan swasembada pangan adalah dibangunnya alat penyimpanan bawang. Penyimpanan ini memiliki teknologi pendingin, pengontrol RH, Co2, N2 , dan ethylene atau "controlled atmosphere storage (CAS)".

"Hari ini, sudah kami mulai sehingga kami optimistis ketahanan pangan dan swasembada pangan di Indonesia akan terwujud. Jika selama ini, kita masih mengimpor komoditi pangan, nantinya kita dapat memenuhi sendiri terhadap kebutuhan pangan itu," katanya.

Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan dengan dibangunnya alat penyimpanan bawang merah akan membantu para petani karena mereka dapat menekan biaya operasional, menghilangkan mata rantai komoditi itu.

"Nantinya, para petani dapat langsung menjual bawang merah ke bulog dan menyimpan komoditi itu pada tempat 'controlled atmosphere storage (CAS)'. Dengan adanya alat itu, juga dapat menjaga kestabilan harga bawang saat petani panen raya dan harga komoditi anjlok di pasaran," katanya.

Nanang, petani bawang merah mengatakan, saat ini harga bawang merah kualitas bagus hanya Rp14.000 per kilogram. Sementara kualitas rendah (kecil) Rp9.000 per kilogram.

"Oleh karena itu, kami berharap pada pemerintah agar bawang merah dapat mencapai Rp 16 ribu atau Rp17 ribu per kilogram sehingga para petani mendapatkan untung," katanya. 

Selama ini dengan sewa tanah Rp6 juta per bau dan biaya tanam hingga masa panen, petani harus mengeluarkan dana Rp 80 juta. Sayangnya hasil panen yang belum dapat menguntungkan petani/

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement