REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Jepang sepakat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kereta cepat Jakarta-Surabaya. Hal tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi sehabisi melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jelang Taro Kano.
"Kami sepakat untuk mengebut pengembangan protek investasi Jepang di Indonesia seperti MRT, Pelabuhan Patimban, dan kereta dari Jakarta ke Surabaya," kata Menlu Retno saat melakukan konferensi pers di gedung Kementrian Luar Negeri, Senin (25/6), di Jakarta.
Pemerintah memutuskan menggaet Jepang sebagai mitra dalam mengerjakan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya pada 2016 lalu. Proyek tersebut dibangun dengan metode pembiayaan pinjaman lunak atau soft loan, dengan tenor 40 tahun dan masa tenggang 10 tahun. Bunga pinjaman dipatok sebesar 0,5 persen.
Retno memang tidak memerinci bagaimana skema percepatan pembangunan yang dimaksud lebih jauh. Kendati demikian, sejauh ini pemerintah menyatakan bahwa pembangunan jalur kereta cepat akan dimulai tahun depan dengan membangun perlintasan baru dari Jakarta hingga ke Semarang.
Retno mengatakan, Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia dengan total penanaman modal sebesar 5 miliar dolar AS pada 2017 kemarin. Nilai perdagangan kedua negara juga meningkat sebesar 13,54 persen dibanding tahun 2016 sebesar 33 miliar dolar AS.
Melihat hal tersebut, Retno mengatakan, hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang telah berkembang lebih dari sekadar partner strategis. Terlebih, dia melanjutkan, hubungan diplomatis Indonesia dan Jepang telah mencapai 60 tahun.
"Kemitraan kita berkontribusi tidak hanya bagi masyarakat Indonesia dan Jepang, tapi juga perdamaian, kesejahteraan, dan stabilitas kawasan," kata Retno.
Baca juga, Pakai Kereta Cepat, Jakarta-Surabaya Cukup 5 Jam.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan, negaranya akan membantu mengembangkan infrastruktur dan iklim bisnis Indonesia. Hal itu dilakukan agar menarik lebih banyak investor asal Jepang.
Tak hanya itu, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam bidang pariwisata. Dia mengungkapkan, Indonesia dan Jepang berupaya untuk menggaet 1 juta turis bagi negara masing-masing. "Saya tak sabar untuk bekerja sama dengan Mentei Retno tidak hanya dalam isu bilateral, tapi juga stabilitas dan kesejahteraan kawasan dan dunia," kata Taro.