REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO -- Kabupaten Bondowoso mengunggulkan dua komoditas pertaniannya yaitu kopi dan beras organik. Keduanya bahkan telah diekspor ke luar negeri.
"Kopi kita dari 2011, sudah bekerjasama dengan berbagai pihak. Baik Perhutani, maupun perbankan, juga Asosiasi Petani Kopi (Apeti)," ujar Bupati Bondowoso Amin Said Husni, di Bondowoso, Selasa, (22/5).
Ia menambahkan, salah satu daerah di Jawa Timur tersebut juga telah membuat klaster kopi arabica. Kemudian pada 2013 mendapat sertifikat untuk kopi Java Arabica Ijen Raung.
"Kopi yang kami kembangkan dikelola petani sehingga banyak disebut kopi rakyat. Dengan pola menguntungkan, lebih dari 1.300 hektar (ha) lahan yang dikerjasamakan dengan petani kopi," tutur Amin.
Dirinya menambahkan, pada 2017, kopi yang dihasilkan Bondowoso mencapai 2.900 ton per tahun. Sepertiganya kemudian, diekspor ke Eropa, lalu duapertiganya dipasarkan di dalam negeri.
"Kopi kita tidak hanya di Ijen Raung tapi Lereng Argo Pura dan sudah berkembang di sektor hilir ke kafe-kafe. Demam kopi di Bondowoso sudah menginspirasi kami, makanya jadi disebut Bondowoso Republik Kopi," katanya.
Melihat potensi kopi Bondowoso, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mendukungnya dengan memberikan bantuan berupa bibit kopi. "Kita jadikan Republik Kopi Bondowoso. Nanti setiap jengkal tanah Bondowoso ditanami kopi karena memang tanah di sini cocok," ujarnya pada kesempatan serupa.
Menurutnya, bila potensi tersebut terus dikembangkan. Maka kemiskinan di kabupaten itu bisa ditinggalkan.
Sebagai informasi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Bondowoso kini 14,54 persen. Diharapkan bisa terus berkurang hingga di bawah 10 persen.