Senin 21 May 2018 12:52 WIB

Utang Malaysia Melonjak Drastis, Mahathir Salahkan Najib

Mahathir menilai keuangan negara telah disalahgunakan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Mahathir Mohamad
Foto: AP Photo/Andy Wong
Mahathir Mohamad

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, utang negaranya kini telah menembus angka 1 triliun ringgit atau 251,70 miliar dolar AS. Menurut dia, meningkatnya jumlah utang ini disebabkan oleh skandal korupsi yang menjerat pemerintahan sebelumnya di bawah pimpinan Najib Razak.

"Kami menemukan keuangan negara telah disalahgunakan sehingga sekarang kita menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan masalah utang yang telah meningkat menjadi 1 triliun ringgit," kata Mahathir, yang berbicara untuk pertama kalinya di hadapan staf kantor perdana menteri, Senin (21/5).

"Kami tidak pernah berurusan dengan ini sebelumnya. Sebelumnya, kami tidak pernah menghadapi utang lebih dari 300 miliar ringgit, tetapi sekarang telah naik menjadi 1 triliun ringgit," kata dia menambahkan.

 

Baca juga, Najib Minta Perlindungan.

Dalam pekan pertamanya menjabat kembali sebagai perdana menteri, Mahathir mengumumkan pajak barang dan jasa (GST) berbasis global akan bernilai nol mulai 1 Juni. Pemerintahnya kemudian akan bekerja untuk menggantikannya dengan pajak penjualan dan jasa (SST).

Mahathir juga berjanji akan memperkenalkan kembali subsidi bahan bakar selain menyingkirkan GST. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari komitmen koalisinya untuk menurunkan biaya hidup yang makin meningkat.

Namun, menurut lembaga pemeringkat Moody's, langkah-langkah fiskal Mahathir tanpa ada tindakan pengimbangan akan memperluas defisit fiskal Malaysia. Pemerintahan Najib sebelumnya telah merencanakan untuk mengumpulkan 43,8 miliar ringgit atau 11,05 miliar dolar AS pada 2018 dari GST, sekitar 18 persen dari total pendapatan negara.

Najib  membantah klaim oposisi bahwa utang federal telah meningkat ke tingkat yang mengkhawatirkan di bawah pemerintahannya. Menurut dia, utang yang berjumlah sekitar 50,9 persen dari PDB pada Juni 2017 masih berada di bawah batas pemerintah, yaitu 55 persen.

Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) telah memanggil Najib untuk bisa memberikan kesaksian pada Selasa (22/5). Panggilan ini merupakan bagian dari penyelidikan terkait SRC International, yang pernah menjadi bagian dari 1 Malaysia Development Berhad (1MDB).

Najib dipanggil MACC beberapa hari setelah polisi menggerebek enam tempat yang terkait dengan propertinya. Penggerebekan ini juga bagian dari investigasi terhadap dana investasi negara 1MDB yang didirikan Najib pada 2009.

Barang-barang yang disita dari properti Najib di Kuala Lumpur termasuk 284 kotak berisi tas-tas mewah dan lusinan tas besar yang berisi uang tunai dan perhiasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement