REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impor minuman beralkohol turun sekitar 20 persen pada April 2018. Ketua Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor (APIDMI) Agoes Silaban mengatakan, penurunan terutama terjadi pada minuman jenis wine.
Menurut dia, kondisi tersebut sebenarnya normal terjadi jelang masuknya bulan suci bagi umat Islam. Namun begitu, Agoes menyebut penurunan impor tahun ini lebih dalam dibanding pada periode yang sama di tahun lalu. "Ini karena pengaruh dolar AS yang menguat," ujarnya, saat dihubungi Republika, Rabu (16/5).
Saat ini dolar AS telah menyentuh Rp 14 ribu. Rupiah diyakini masih akan tertekan dalam waktu dekat mengingat sentimen eksternal serta belum ada sinyal positif dari domestik. Agoes mengatakan, impor minuman beralkohol biasanya akan kembali normal setelah Idul Fitri.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor Indonesia pada April 2018 adalah sebesar 16,09 miliar dolar AS atau naik 11,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan ekspor April 2017, terjadi kenaikan sebesar 34,68 persen.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, peningkatan impor terjadi pada bahan baku industri. Ia menilai hal itu wajar karena industri harus meningkatkan produksinya demi memenuhi konsumsi masyarakat yang tinggi jelang Lebaran.
Hal senada juga disampaikan Menko Perekonomian Darmin Nasution. Ia menilai, peningkatan impor merupakan dampak dari pertumbuhan investasi di Indonesia.
"Artinya, kalau proyek infrastruktur dan kemudian proyek-proyek investasi swasta lain yang noninfrastruktur yang memang pertumbuhannya meningkat, itu pasti butuh barang modal dan bahan baku," ujar Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Selasa (15/5).