Rabu 16 May 2018 11:54 WIB

Ini Tiga Masalah Irigasi di Indonesia

Sejumlah jaringan irigasi telah diperbaiki tinggal pemanfaatannya dioptimalkan.

Sejumlah warga bergotong royong membangun saluran irigasi untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Tanjungsari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (12/5).
Foto: ANTARA FOTO
Sejumlah warga bergotong royong membangun saluran irigasi untuk mengairi lahan pesawahan di Desa Tanjungsari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (12/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai menghadapi tiga persoalan sumber daya air pertanian khususnya irigasi pada tahun ini. Persoalan ini harus segera diatasi agar sektor pertanian sudah tergarap secara optimal.

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi di Jakarta, Rabu (16/5), menyatakan Indonesia menghadapi tiga masalah utama sumber daya air yang harus segera ditanggulangi.

"Persoalan pertama yaitu 80 persen air untuk kebutuhan pertanian cenderung boros. Berikutnya, 60 persen jaringan irigasi yang ada belum dimanfaatkan optimal dan yang terakhir terjadinya kerusakan keseimbangan hidrologis di daerah aliran sungai," katanya. Ia memastikan kini sejumlah jaringan irigasi yang rusak telah diperbaiki tinggal pemanfaatannya yang dioptimalkan. 

(Baca: Tiga Proyek Irigasi Ditargetkan Selesai 2018)

Dedi mengatakan pemerintah pusat bukan tak menyadari air berperan vital dalam produksi pertanian. Menurut dia, bila dulu persoalan air hanya melibatkan Kementerian Pertanian serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), kini pemerintah juga menggandeng Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

"Lokasi pertanian berada di area remote, sehingga desa harus terlibat," kata Kepala Balai Penelitian Hidrologi dan Agroklimat, Harmanto.

Menurut Harmanto, hingga 2030, kebutuhan air untuk sektor pertanian masih menempati urutan tertinggi bila dibandingkan kebutuhan domestik dan industri.

Namun demikian, terdapat potensi air yang belum dimanfaatkan secara maksimal, yakni air permukaan, air tanah, dan air hujan yang melimpah.

Air juga dapat memicu konflik bila tidak dikelola dengan baik terutama bila tidak terdapat keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan. Untuk itu, sepanjang 2017-2019, pemerintah telah mencanangkan Teknologi Inovasi Pengembangan Infrastruktur Panen Air melalui pemanfaatan air dan sungai. Program tersebut sekurangnya melibatkan 8 juta tenaga kerja, 20 ribu lapangan usaha dan diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di 250 ribu desa.

Menurut Dedi, niatan pemerintah pusat itu kini diiringi dengan pelaksanaan bimbingan teknis embung dan bangunan air lainnya untuk irigasi pertanian kepada setiap stakeholder.

"Prinsipnya Balitbang membantu inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk setiap daerah yang khas dan spesifik," kata Dedi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement