REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah membenarkan adanya tambahan impor beras sebanyak 500 ribu ton yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand. Penambahan beras impor tersebut diputuskan dalam rapat koordinasi (rakor) di kantor Menteri Koordinator Perekonomian.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membenarkan pemberitaan pada laman the Voice of Vietnam Online (vov.vn), yang menyebutkan bahwa Perum Bulog telah menandatangani kontrak untuk melakukan pembelian beras sebanyak 300 ribu ton dari Vietnam dan 200 ribu ton dari Thailand. "Iya, betul. Itu pemasukan April hingga Juli 2018," kata Enggartiasto di Jakarta, Senin (14/5).
Dalam berita yang berjudul "Import Demand Continues Boosting Vietnam's Rice Export" tersebut, dinyatakan bahwa importasi tersebut merupakan yang kali ketiga sejak 2018. Chairman Asosiasi Makanan Vietnam (VFA) Nguyen Ngoc Nam membenarkan laporan itu.
Nguyen menyatakan bahwa Perum Bulog telah mengundang The Vietnam Northern Food Corporation dan The Vietnam Southern Food Corporation untuk menyuplai beras itu. Kontrak tesebut akan direalisasikan pada periode April hingga Juli 2018.
"Itu keputusan rakor, bukan keputusan saya. Kemudian, Bulog yang melaksanakan. Ini untuk menambah cadangan beras pemerintah setidaknya hingga tahun depan. Jika tidak ada impor sejak awal maka kita akan defisit," kata Enggartiasto.
Sebelumnya, pada awal 2018, pemerintah juga telah memutuskan untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500 ribu ton untuk memperkuat stok pemerintah. Hal itu juga untuk menekan harga komoditas tersebut yang pada saat itu mencapai Rp 13 ribu per kilogram
Stok Perum Bulog pada 14 Mei 2018 tercatat sebanyak 1.262.782 ton. Sebanyak 453.787 ton merupakan beras asal impor dan stok komersial sebanyak 106.186 ton. Sementara itu, sisanya merupakan hasil dari serapan Perum Bulog sejak awal 2018.