Sabtu 12 May 2018 12:07 WIB

Pangan Bekatul Efektif Cegah Diabetes

Melalui pengolahan yang tepat, aroma bekatul yang kurang enak dapat diminimalisasi.

Red: EH Ismail
Pelatihan Pemanfaatan Bekatul Padi Menjadi Produk Pangan di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMKPP) Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Kamis (10/5).
Foto: Humas Balitbangtan.
Pelatihan Pemanfaatan Bekatul Padi Menjadi Produk Pangan di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMKPP) Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia memiliki potensi ketersediaan bekatul padi yang tinggi. Setiap menggiling padi menjadi beras dihasilkan 6-7 persen bekatul. Selama ini, bekatul hanya untuk pakan ternak bahkan banyak pula yang terbuang sia-sia. Namun, dengan teknologi yang dihasilkan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Litbang Pascapanen) Kementerian Pertanian (Kementan) kini bisa diolah menjadi berbagai produk pangan yang bergizi dan menyehatkan.

Produk-produk olahan bekatul telah dikenal dunia sebagai produk dengan sifat fungsional. Kandungan serat yang tinggi (20-27 persen) menjadi keunggulan tersendiri untuk mencegah penyakit kanker usus, jantung koroner, kegemukan, diabetes, dan masalah pencernaan. Selain itu, bekatul juga mengandung protein, mineral, lemak tak jenuh, dan vitamin yang tinggi.

Beberapa tahun terakhir, BB Litbang Pascapanen Kementan telah menghasilkan berbagai teknologi untuk memaksimalkan pemanfaatan bekatul sebagai produk pangan. Seperti diketahui, bekatul memiliki kelemahan berupa daya simpan yang tidak tahan lama dan mudah berbau tengik. Kelemahan inilah yang selama ini menjadi kendala dalam pemanfaatan bekatul. Namun, dengan teknologi stabilisasi yang tidak terlalu rumit dan mudah dilakukan oleh petani, terutama wanita tani, masalah bekatul tersebut sudah bisa ditangani. Kini, bekatul dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama.

Melalui proses pengolahan yang tepat, after taste dan aroma bekatul yang kurang enak dapat diminimalisasi sehingga produk akhir yang dihasilkan tetap memiliki rasa yang bisa diterima dengan baik oleh konsumen. Kandungan serat bekatul yang tinggi menyebabkan bekatul memiliki sifat memperbaiki tekstur, stabilitas, ketebalan, gelling, dan emulsifying produk yang dihasilkan, khususnya untuk produk bakery, seperti roti, biskuit, dan kue.

Dalam rangka mendekatkan teknologi pengolahan bekatul kepada masyarakat, Balitbangtan Kementan melalui BB Litbang Pascapanen bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin menyelenggarakan Pelatihan Pemanfaatan Bekatul Padi Menjadi Produk Pangan. Kegiatan yang bertempat di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMKPP) Sembawa, Kabupaten Banyuasin tersebut digelar pada Kamis (10/5). Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin Ir H Babul Ibrahim.

Pelatihan ini merupakan tindak lanjut kegiatan Bimtek Bioindustri Padi yang dilaksanakan akhir April lalu. Dalam sambutannya, Babul Ibrahim menyampaikan, Banyuasin termasuk daerah yang surplus padi, sehingga potensi untuk memanfaatkan bekatul sangat tinggi. Oleh karena itu, pelatihan pemanfaatan bekatul padi menjadi produk pangan ini akan sangat mendukung Model Bioindustri Padi berupa Auto-Pneumatic Rice Milling Unit (AP-RMU) dengan mengolah hasil sampingnya berupa sekam (menjadi pupuk biosilika cair dari abu sekam sisa pembakaran mesin pengering gabah) dan bekatul yang  dikembangkan oleh Balitbangtan di Banyuasin.

Babul berharap, para perempuan, khususnya yang hadir sebagai peserta pelatihan, agar cerdas dalam memanfaatkan sumber-sumber pangan alami, termasuk komoditas pertanian seperti padi yang ternyata hampir seluruh bagian tanaman padi bisa menghasilkan pangan, pakan, energi, dan serat serta sebagai bahan baku industri (pangan, pertanian, dan nonpangan).

“Paling tidak, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Banyuasin memiliki produk khas unggulan berbasis bekatul padi, sekaligus mengangkat harkat Bekatul padi,” kata dia.

Di samping itu, Babul melanjutkan, mengolah bekatul menjadi produk pangan akan memaksimalkan pertanaman padi per satuan luas dalam penyediaan pangan. 

Perekayasa Utama BB Litbang Pascapanen Rudy Tjahjohutomo yang mewakili Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen menyatakan, kegiatan pelatihan tersebut diikuti 30 orang yang terdiri dari DWP Pemkab, PKK, guru SMKPP, istri pengusaha penggilingan padi kecil, wanita wirausaha, dan penyuluh se-Kabupaten Banyuasin.

“Kegiatan pelatihan dinilai penting dalam rangka mendekatkan inovasi Balitbangtan kepada masyarakat Banyuasin sekaligus memperkuat interelasi Pusat-Daerah yang akan dikawal oleh BPTP Sumsel,” kata Rudy.

Dalam pelatihan itu, instruktur BB Litbang Pascapanen Ir Ira Mulyawanti yang didampingi teknisi pascapanen mengajarkan dan mempraktikkan cara memperpanjang daya simpan bekatul sebagai bahan baku aneka olahan, seperti membuat sereal/susu bekatul, kue-kuean, dan brownis bekatul, serta rerotian. Para peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan ini karena sangat bermanfaat bagi para ibu untuk keluarga maupun untuk usaha.

“Bahkan, ada peserta yang belum mengetahui bekatul itu berasal dari bagian apa dari gabah, sehingga pelatihan ini sangat berarti bagi para ibu-ibu peserta,” kata Ira.

Pada acara yang sama, aneka peralatan yang digunakan untuk praktik oleh BB Pascapanen diserahkan kepada peserta pelatihan melalui Dinas Pertanian Kabupaten Banyuasin. Haapannya, peralatan itu dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga dan memanfaat hasil ekonominya bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya keluarga petani. (rudy/ayu/balitbangtan).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement