Kamis 26 Apr 2018 17:29 WIB

Laba BJBS Tumbuh Agresif di Triwulan I 2018

Raihan laba itu ditunjang oleh pendapatan margin dan pembiayaan.

Dari kiri ke kanan, jajaran Direksi Bank BJB Syariah Toto Susanto, Indra Falatehan dan Didit Supriyadi saat konferensi pers di Dusun Bambu, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (26/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Dari kiri ke kanan, jajaran Direksi Bank BJB Syariah Toto Susanto, Indra Falatehan dan Didit Supriyadi saat konferensi pers di Dusun Bambu, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Bank BJB Syariah (BJBS) berhasil membukukan laba sebelum pajak senilai Rp 9,3 miliar pada triwulan I 2018. Raihan laba itu tumbuh 250,2 persen dibandingkan raihan laba periode yang sama di tahun 2017 (year on year).   

Menurut Direktur BJBS Indra Falatehan, meningkatnya perolehan tersebut ditopang pendapatan margin bersih senilai Rp 94,9 miliar. Penopang raihan laba lainnya, papar dia, yakni penyaluran pembiayaan yang hingga Maret 2018 mencapai Rp 5,03 triliun.

Kata Indra, tahun 2018 merupakan momentum yang baik bagi industri perbankan syariah. Terlebih lagi, lanjut dia, sejak tahun lalu ini telah diresmikan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

KNKS, tegas Indra, merupakan salah satu bukti komitmen dalam mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. ‘’Dalam situasi itu, kami (BJBS) terus berupaya melakukan perbaikan kinerja,’’ ujar Indra dalam pada Media Gathering BJBS di Dusun Bambu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (26/4).

Pihaknya mengaku, tahun ini BJBS tidak hanya memberdayakan ekonomi umat, tetapi secara agresif melakukan kampanye produk dan layanan perbankan syariah. Yang pasti, pihaknya akan memberikan layanan terbaik bagi nasabahnya.

Direktur Operasi BJBS Toto Susanto menambahkan, kinerja positif BJBS ditopang juga oleh raihan dana pihak ketiga (DPK). Hingga Maret 2018, pihaknya mencatat DPK sebesar Rp 5,6 triliun. ‘’Kami terus melakukan berbagai improvement untuk meningkatkan komposisi DPK,’’ ujarnya.

Selama ini, diakui Toto, komposisi DPK masih didominasi oleh korporasi, yaitu 60 persen, dan sisanya yang 40 persen berasal dari ritel. Tahun ini, pihaknya mencanangkan pertumbuhan DPK ritel menjadi 45 persen.

Untuk itu, kata Toto, BJBS sengaja menghadirkan beberapa produk dan program yang berkaitan dengan pendanaan. Di antaranya, aplikasi Mobile Maslahah dan Jemput Maslahah. ‘’Fasiltas IT ini untuk mempermudah nasabah membuka rekening dan mengakses fitur produk BJBS,’’ tandasnya.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement