Ahad 22 Apr 2018 17:39 WIB

Jelang Ramadhan, Harga Kebutuhan Pokok Merangkak Naik

Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditas terigu dan minyak goreng.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nur Aini
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menjelang Ramadhan 1439 H, harga beberapa bahan pokok kebutuhan rumah tangga mulai bergerak naik di pasar-pasar tradisional Kota Bandar Lampung dan daerah, Ahad (22/4). Kenaikan harga tertinggi terjadi pada komoditas terigu, minyak goreng, dan telur, sedangkan sayur mayur masih fluktuatif.

Pemantauan di beberapa pasar tradisional Kota Bandar Lampung, Ahad (22/4), pedagang mengakui terjadi kenaikan beberapa komoditas pangan kebutuhan dapur rumah tangga. Kenaikan tertinggi terjadi pada terigu dari harga Rp 7.000 per kg menjadi Rp 10 ribu per kg, minyak goreng dari Rp 12 ribu per kg menjadi Rp 13.500 per kg, telur ayam ras dari Rp 11 ribu per kg menjadi Rp 12 ribu per kg.

Sedangkan untuk komoditas sayur mayur seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan bawang putih masih berfluktuatif bergantung pasokan. Harga bawang merah dan cabai merah masih normal meski harganya terkadang naik berkisar Rp 200 sampai Rp 500 per kg. ''Yang naik tinggi telur ayam, terigu, dan minyak goreng,'' kata Wawan, pedagang sembako di Pasar Pasir Gintung.

Tingginya harga telur, minyak goreng, dan terigu berdampak pada penjual gorengan yang ada di Bandar Lampung dan Pesawaran. Tiga komoditas tersebut menjadi andala pengusaha mikro gorengan. Rudi Djunaidi, warga Hanura, Pesawaran mengaku kaget dengan melonjaknya harga terigu lebih dari 30 persen.

''Biasa saya beli terigu sagu sekarung (isi 25 kg), terpaksa dikurangi karena harganya mahal. Kalau dihitung dulu beli Rp 7.000 sekarang sudah Rp 10 ribu per kilogram. Harga tersebut bagaimana lagi kami mencari untung berdagang,'' kata penjual gorengan di Lapangan Desa Hanura, Pesawaran.

Ia mengatakan tiga komoditas tersebut menjadi andalan tukang gorengan yang biasa setiap hari berjualan. Kalau harga komoditas tersebut naik, kata dia, pedagang tetap tidak bisa menaikkan harga gorengan, karena khawatir pembeli berkurang. ''Terpaksa kami lakukan pengecilan gorengan,'' tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement