REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan peningkatan pertumbuhan kredit perumahan sebesar 20,32 persen secara tahunan selama kuartal pertama 2018. Nilai Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang pada kuartal satu 2017 tercatat Rp 153,31 triliun meningkat menjadi Rp 184,46 triliun.
Direktur Utama BTN Maryono memaparkan, pertumbuhan itu terutama disumbang oleh KPR subsidi yang naik sebesar 32,96 persen menjadi Rp 79,14 triliun. Adapun KPR dari segmen non-subsidi hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,24 persen menjadi Rp 69,8 triliun.
"Kredit perumahan masih menempati porsi terbesar dari total kredit, yakni 91,09 persen," kata Maryono, dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (19/4).
Ia juga mengungkap, rasio Non Performing Loan (NPL) gross alias kredit macet di BTN turun dari 3,34 persen menjadi 2,78 persen secara year on year. Menurut Maryono, ini merupakan penurunan angka kredit macet yang paling besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, menurut dia, biasanya di tiga bulan pertama kondisi perekonomian belum banyak bergerak.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur BTN Nixon Napitupulu menambahkan, penurunan NPL paling banyak disumbang oleh KPR dari segmen subsidi serta kredit komersial. Adapun segmen yang kredit macetnya masih bertahan yaitu KPR non-subsidi.
Berdasarkan pengamatannya, Nixon menyebut kredit macet banyak terjadi setelah berakhirnya masa bunga promo. Sebab, setelah berakhirnya masa promo tersebut, nasabah akan dibebankan bunga yang besarannya fluktuatif alias bunga floating.
Untuk menurunkan rasio kredit macet, Nixon mengatakan, pihaknya akan memperbaiki struktur bunga demi menjaga kemampuan bayar nasabah."Salah satu strateginya kita akan atur agar bunganya tidak terlalu berat sehingga kemampuan bayar tetap terjaga," kata Nixon.