Kamis 12 Apr 2018 14:40 WIB

Basuki: Jembatan Holtekamp untuk Pengembangan Kota Jayapura

Kawasan ini adalah daerah transmigrasi dengan kontur datar dan kondisi air melimpah.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (tengan) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (ketiga kanan) dan sejumlah pejabat daerah setempat memberi keterangan saat meninjau proyek pembangunan Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua, Kamis (12/4).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Presiden Joko Widodo (tengan) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (ketiga kanan) dan sejumlah pejabat daerah setempat memberi keterangan saat meninjau proyek pembangunan Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua, Kamis (12/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Pemerintah terus mendorong infrastruktur di wilayah timur Indonesia. Salah satunya akses Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua. Jembatan tersebut akan mendorong pengembangan kota Jayapura wilayah timur, Koya. "Salah satu gunanya Holtekamp ini untuk prasarana pengembangan kota Jayapura ke depan," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Rabu (11/4) malam.

Menurutnya, wilayah timur Jayapura cukup ideal sebagai pengembangan kota. Mengingat kawasan tersebut merupakan daerah transmigrasi dengan kontur datar dan kondisi air yang berlimpah. Terdapat Bendungan Tami yang menjadikannya Kota kawasan agrikultur.

 

photo
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (kiri) meninjau proyek pembangunan Jembatan Holtekamp di Jayapura, Papua, Kamis (12/4).

Waktu tempuh yang panjang diakui Basuki menjadi penghambat pengembangan di wilayah Jayapura Timur. Masyarakat cenderung memilih pengembangan ke selatan yang merupakan daerah gunung, hutan dan tangkapan air untuk Jayapura.

Tanpa kehadiran Jembatan Holtekamp, diperlukan waktu cukup panjang menuju Koya maupun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw.  "Kalau tidak ada (Jembatan Holtekamp, Red) itu, jarak ke sana butuh 2,5 sampai tiga jam ke Skouw sehingga pengembangannya sangat pelan ke sana," kata dia.

Padahal, saat ini pemerintah sedang mengembangkan Skouw sebagai salah satu destinasi wisata. Untuk itu, kehadiran jembatan sepanjang 13 kilometer (km) ini mampu menjadi penunjang untuk perekonomian di Skouw.

Di kawasan jembatannya sendiri, ia melanjutkan, bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata air. Kementerian PUPR bahkan menggandeng arsitek Yori Antar untuk mendesain lansekap pada Jembatan Holtekamp. "Itu bisa dikembangkan untuk kawasan wisata juga," tegas Basuki.

photo
Jembatan Holtekamp, Jayapura, Papua, yang selesai 95 persen pembangunannya, tampak, Rabu (11/4).

Ia menambahkan, proses penggarapan jalan akses menuju jembatan sedang berada pada tahap lelang. Bahkan sudah penandatanganan kontrak untuk wilayah Hambali. Pembangunan jembatannya sendiri dijadwalkan selesai akhir tahun ini

"Mestinya, September-Oktober tapi kalau jalan akses tidak selesai agak tertunda pemanfaatannya. Sayang kalau setahun lagi pemanfaatannya," ujarnya.

Basuki pun berharap sinergi dan koordinasi semua pihak mampu menggenjot penyelesaian Jembatan Holtekamp yang diharapkan bisa beroperasi akhir 2018. "Sejelek-jeleknya awal 2019 sudah bisa (beroperasi, Red)," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement