REPUBLIKA.CO.ID, BENOA -- Pemerintah Cina mulai tahun ini membuka keran ekspor manggis dari Indonesia. Keuntungan ini sangat dirasakan petani-petani manggis di Tanah Air, tak terkecuali Bali yang menjadi salah satu sentra produksi manggis.
"Kami terus mengawal melalui pengawasan in line inspection kepada petani dan eksportir supaya kualitas produk mereka terjaga," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara, Kamis (5/4).
Proses pemeriksaan manggis di Balai Karantina Pertanian dilakukan lebih cepat, efektif, dan efisien. Terunanegara merinci beberapa hal yang perlu dipenuhi untuk menjaga kualitas manggis, yaitu tampilan fisik, bebas dari kutu putih, dan bebas semut.
Satu perusahaan produsen manggis di Bali sudah terintegrasi dan melakukan ekspor langsung ke Cina. Registrasi ini memberi petani kesempatan besar untuk mengekspor langsung produknya ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Selama empat tahun terakhir Indonesia memasarkan manggis ke Cina melalui negara ketiga, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Protokol ekspor langsung yang disepakati antara Pemerintah Indonesia dan Cina membuat petani meraih untung lebih maksimal. "Petani pun lebih bergairah dan menjaga kualitas manggis-manggisnya," ujar Terunanegara.
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar berharap Bali mampu menyumbang volume ekspor manggis dalam jumlah besar ke Cina. Target pemerintah adalah 20 ribu ton.
Pada Kamis (5/4), Bali kembali mengekspor 7,2 ton manggis ke Cina menyusul ekspor beberapa hari lalu. Terunanegara optimistis petani-petani Pulau Dewata bisa konsisten menyuplai manggis ke Cina. Bali telah mengekspor 49 ton manggis melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Angka nasional menunjukkan Indonesia telah mengekspor 10 ribu ton manggis ke negara tersebut.