Senin 02 Apr 2018 17:34 WIB

Laba PGN Diprediksi Meningkat

PGN akan menjadi pemimpin subholding gas.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas PGN melakukan pengecekan berkala terhadap jaringan pipa PGN dengan menggunakan alat Laser Minimetan di Kawasan Batu Aji, Batam, Kepulauan Riau.
Foto: M N Kanwa/Antara
Petugas PGN melakukan pengecekan berkala terhadap jaringan pipa PGN dengan menggunakan alat Laser Minimetan di Kawasan Batu Aji, Batam, Kepulauan Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan Keuangan PGN, Danareksa Sekuritas memprediksi keuangan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) akan membaik dan meningkat ke depan. Hal ini sejalan dengan peran PGN yang akan menjadi pemimpin di Subholding Gas dan mengelola aset Pertagas.

Dikutip dari bagian proyesi keuangan Pertamina dan PGN yang terdapat pada halaman 31 Buku Putih tersebut, Danareksa menghitung pendapatan PGN tahun 2019 berpotensi melesat naik jadi 3,36 miliar dolar dibandingkan realisasi pendapatan tahun buku 2017 sebesar 2,97 miliar dolar.

Danareksa juga menyebut, pada 2019 mendatang bisa mengantongi laba bersih sebesar 205 juta dolar. Prediksi laba bersih ini meningkat 43,25 persen dibandingkan dengan realisasi laba bersih pada 2017 silam.

 

Baca juga, PGN akan Tangani Sektor Gas di Holding Migas.

 

"Integrasi infrastruktur gas akan menjamin ketersediaan, kontinuitas penyaluran, dan monetisasi gas ke semua sektor pelanggan dan menghemat biaya investasi yang tidak lagi tumpang tindih dalam membangun infrastruktur," seperti dikutip dari riset Danareksa, Senin (2/4).

Pada bagian Supply Chain dan Pembagian Kewenangan Holding Migas yang terdapat pada Buku Putih, dijelaskan bahwa PGN akan memperoleh beberapa kewenangan sebagai subholding.

 

Di antaranya adalah: PGN akan berkontrak langsung dengan pemasok gas; kemudian pada tahap pemrosesan dan pengiriman PGN akan melakukan proses regasifikasi; lantas pada tahap transportasi dan distribusi gas, semua kontrak penjualan gas serta pipa transmisi dan distribusi akan dialihkan dan menjadi milik PGN.

Dengan pengalihan aset tersebut, PGN bakal mengelola dan mengintegrasikan infrastruktur gas bumi milik Pertamina dan Pertagas. Di antaranya Arun LNG Regasification unit dengan kapasitas 400 MMSCFD, Aceh & North Sumatera Gas Pipeline sepanjang 614,7 km; Duri Dumai Gas Pipeline sepanjang 70 km; South Sumatera Gas Pipeline sepanjang 671 km; West Java Gas Pipeline yang membentang 532 km; Kalimantan Gas Pipeline sejauh 65,7 km; East Java Gas Pipeline sepanjang 494,21 km; Porti - ORF Semare Gas Pipeline dengan panjang 8 km, serta Gresik - PKG Looping Gas Pipeline sejauh 70 km.

 

Bertambahnya jumlah aset yang dikelola PGN, hal tersebut otomatis meningkatkan potensi pendapatan perusahaan.

Disatu sisi, Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan investor pasar modal masih menanti keputusan pemerintah untuk menjadikan PGN sebagai subholding bisnis gas Pertamina. Sebab, kebijakan tersebut akan menjadi sentimen positif bagi PGN dan membuat saham PGAS semakin menarik

"Sentimen positif mengenai realisasi merger PGN dan Pertagas, dengan kewenangan penuh yang dipegang oleh PGN diharapkan pergerakan saham PGAS bisa menembus garis atas dari bearish channel. Saya perkirakan target price jangka panjang PGAS bisa menembus Rp 3.780 per saham," kata Nafan.

Pada pembukaan Bursa Efek Indonesia hari ini, saham PGAS diperdagangkan pada level Rp 2.370 per saham. Naik 70 poin dibanding pada sesi penutupan 30 Maret 2018 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement