REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --Pasca penutupan jalur puncak, sejumlah hotel dan restoran mengalami penurunan pendapatan. Hal ini dipastikan oleh Boboy Ruswanto selaku wakil ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) yang menyatakan data Kamis (29/3) jumlah okupansi Hotel di Puncak hanya berjumlah 30 persen.
"Long weekend ini mengalami penurunan akibat longsor dan penutupan jalur Puncak. Untuk informasi yang pembatalan sih belum ada, tapi kalau okupansi dari Kamis (29/3) kemarin kita cuma dapat 30 sampai 50 persen," ujar Boboy kepada Republika, Jumat (30/3).
Boboy menyatakan biasanya saat libur panjang pihak hotel di kawasan Puncak bisa mendapatkan okupansi kamar hingga 90 persen. Namun penutupan kali ini menurunkan tingkat okupansi.
Untuk restoran sendiri dirinya mengaku belum mendapatkan informasi. Namun dari kejadian yang sudah-sudah, bisa dipastikan pendapatan mereka pun menurun.
Adji dari Resto Rindu Alam yang terletak setelah Perkebunan Gunung Mas, lokasi penutupan jalan, mengiyakan ucapan Boboy. Dirinya bahkan menyatakan restoran yang dikelolanya ditutup sejak Kamis (29/3) pagi.
"Ditutup (resto). Karena jalan kan nggak bisa dilalui roda empat. Jadi daripada maksa buka, kita tutup saja," ujar Adji.
Adji menyebut resto miliknya ditutup karena yang melintas keatas pun sedikit. Seandainya dibuka maka yang datang hanya masyarakat sekitar atau pengendara roda dua yang pendapatannya tidak seberapa.
Sementara itu Andy Noverico selaku Business Manager Talita Group Resort & Hotel menyatakan penutupan jalan tidak terlalu berpengaruh pada okupansi hotel yang dikelolanya. Hal ini dibuktikan hingga Jumat (30/3) siang belum ada yang membatalkan pemesanan kamar.
"Untuk okupansi akibat penutupan lajur kali ini tidak terlalu besar. Terbukti belum ada permintaan //cancel// dari tamu yang sudah reservasi, hanya beberapa saja yang minta reschedule. Rata-rata yang memindahkan jadwal reservasi minta ke Sabtu atau Minggu," ujar Andy.
Andy menyatakan hal ini terjadi karena calon wisatawan yang berasal dari Jabodetabek umumnya sudah mengetahui jalur alternatifnya. Mereka telah belajar dari kejadian terdahulu bahwa untuk menuju Puncak, Cipanas, bisa melewati jalur alternatif sukabumi atau jonggol.
Namun demikian dirinya tidak menyangkal bahwa okupansi pada libur panjang saat ini tidak akan maksimal. Namun dampak yang dirasakan tidak akan sebesar kejadian sebelumnya saat longsor Februari. Pihaknya yakin tingkat okupansi minimal mencapai 70% persen.
"Situasi di Puncak Cipanas sejauh ini juga cukup ramai walau tidak sepadat kondisi normal. Cukup banyak bus pariwisata berdatangan dr arah Sukabumi atau Jonggol," lanjutnya.
Untuk saat ini disebut yang sudah pasti menginap di hotelnya untuk libur panjang ini sebanyak 60 persen. Pihaknya pun masih berharap akan ada tambahan dari pemesanan online disisa hari Jumat ditambah kemungkinan pemesanan secara langsung. "Kalau normal rata-rata untuk akhir pekan okupansi sampai 80 persen," lanjutnya.
Jalur Puncak memang ditutup sejak kejadian longsor yang terjadi Rabu (28/3) malam. Namun pada Jumat sore pukul 15:00 WIB jalanan tersebut sudah kembali dibuka.
Dari pantauan Republika, beberapa roda empat sudah melintas di lokasi longsor. Kondisi jalan pun masih sepi dan kebanyakan dilewati kendaraan roda dua.
Pihak Kementerian PUPR sendiri selama 10 hari ke depan akan melakukan pelebaran jalan. Tebing yang berada di sisi dalam jalan akan dipapras sejauh dua meter ke arah dalam.