Jumat 30 Mar 2018 11:41 WIB

Industri Otomotif Waspada Terhadap Perang Dagang

Kebijakan tarif impor baja dan alumunium bisa turunkan keuntungan perusahaan otomotif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Pengunjung melihat-lihat Pameran Industri Otomotif Purnajual dan Penyetelan (AAITF) Jakarta 2014, Jakarta, Jumat (23/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pengunjung melihat-lihat Pameran Industri Otomotif Purnajual dan Penyetelan (AAITF) Jakarta 2014, Jakarta, Jumat (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para eksekutif dari perusahaan-perusahaan otomotif besar menyatakan kekhawatirannya terhadap perang dagang yang mulai dikibarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara mitra dagangnya. Adapun, Presiden AS Donald Trump menetapkan kebijakan tarif impor baja dan alumunium saat penjualan kendaraan baru di AS menurun.

"Proteksionisme tidak akan memiliki pemenang, ketika anda mulai meningkatkan pembatasan, maka anda akan membawa ketidakseimbangan dalam perdagangan," ujar Chief Executive Volkswagen AG Amerika Utara, Hinrich Woebcken dilansir Reuters, Jumat (30/3).

Menurut para pakar industri, kebijakan tarif impor baja dan alumunium dapat menurunkan keuntungan bagi perusahaan mulai dari perusahaan otomotif hingga perusahaan makanan kalengan. Selain itu, kebijakan ini akan membuat harga jual di tingkat konsumen semakin tinggi.

Presiden Trump kemudian membuat kebijakan tarif impor senilai 60 miliar dolar AS, khusus produk-produk teknologi dari Cina. Akibat tindakan ini, Cina telah menyatakan akan membalas dengan kebijakan tarif impor produk-produk dari AS senilai 3 miliar dolar AS.

Kepala Divisi Cadillac yang berada dibawah General Motors, Johan de Nysschen mengaku khawatir dengan perang dagang antara AS dan Cina. Menurutnya, Cina sangat penting untuk strategi pertumbuhan Cadillac di masa depan. "Setiap orang yang melakukan bisnis dengan Cina akan khawatir tentang perang dagang. Perang dagang akan berbahaya, kita berharap ini semua bisa diselesaikan dengan baik," ujar de Nysschen.

Adapun penjualan industri otomotif AS turun 2 persen pada 2017 lalu menjadi 17,23 juta kendaraan. Penurunan ini terjadi setelah mencapai rekor penjualan tertinggi pada 2016. Penjualan kendaraan baru diperkirakan akan terus menurun pada 2018 karena suku bunga naik.

Industri otomotif menyatakan, kebijakan tarif impor yang ditetapkan oleh Presiden Trump tidak masuk akal. Sebab, produsen mobil AS mengekspor 2 juta kendaraan setiap tahun. Apabila kebijakan ini tetap dilaksanakan, maka produsen mobil akan menaikkan harga jualnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement