REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejadian menarik terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbincang dengan para nasabah bank wakaf mikro di Istana Negara. Para nasabah menyampaikan berbagai persoalan dalam menjalankan usaha setelah mendapat bantuan dari bank wakaf mikro.
Yani, salah satu nasabah dari pondok pesantren di daerah Krapiyak mengeluh bahwa usaha dagangan yang dilakukan kurang laku. Dagangan yang memberikan sedikit hasil ini belum mampu menutupi kebutuhan membayar kuliah sang anak di Universitas Negeri Yogyakarta.
"Kami butuh uang untuk kuliah juga. Jadi saya harap bisa mendapat pinjaman lebih besar dari bank wakaf mikro," ujar Yani, Rabu (28/3).
Yani pun mengeluh di depan Presiden Jokowi kalau memang pemerintah belum bisa memberikan bantuan usaha lewat bank wakaf, maka minta dibantu dengan bantuan pendidikan dalam bentuk beasiswa.
Jokowi pun sempat kaget karena perbincangan tentang bank wakaf justru beralih jadi permohonan beasiswa. "Aduh itu beasiswa nanti lah sama pak mantan Rektor UGM, Pak Menseneg (Pratikno). Ini urusann usaha saja," ujar Jokowi.
Permintaan lain diberikan kepada Jokowi. Susmarniati, penjual gorengan di sebuah sekolah justru meminta bantuan kepada Jokowi agar bisa dibelikan kompor dan wajan besar. Barang ini dianggap harganya mahal padahal dibutuhkan untuk membuat gorengan yang lebih banyak.
"Karena kan kita jual pas istirahat sekolah. Waktunya mepet pak, kalau pakai kompor sama wajan kecil nanti jualannya sedikit. Tapi kalau jual jauh-jauh sebelum istirahat jadinya dingin, anak sekolah pada gak mau beli," ujar Susmarniati.
Menerima masukan ini Jokowi pun sempat tertawa bahkan hingga mengeluarkan air mata. Dia pun tidak menampik bahwa dana yang disiapkan ini masih kecil. Namun Jokowi berjanji akan menambah jumlah anggaran pinjaman tersebut jika setelah evaluasi program ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat.