REPUBLIKA.CO.ID,BUENOS AIRES -- Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz memperingatkan bahwa proteksionisme dapat membahayakan prospek perekonomian di masa depan. Hal ini diutarakan oleh Scholz dalam pertemuan perdananya sejak terpilih pada 14 Maret 2018 lalu, dihadapan seluruh menteri keuangan negara anggota G20 dan gubernur bank sentral.
"Perekonomian dunia tumbuh bersama, dan harus tetap bersama," ujar Scholz dilansir Reuters, Senin (19/3).
Sholz mengatakan, perdagangan bebas memiliki peran penting dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu dia mengecam tindakan proteksionisme yang tengah diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS). "Itulah mengapa akan sulit jika proteksionisme memainkan peran lebih besar," kata Scholz.
Menanggapi kebijakan proteksionisme AS, Scholz menegaskan, Jerman akan terus melakukan pembicaraan dengan pejabat pemerintahan AS. Dia berharap, diskusi dengan para pejabat pemerintahan AS dapat membantu mencegah perang dagang yang makin meluas.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menerapkan kebijakan tarif impor baja dan alumunium bagi negara-negara mitra dagang termasuk Cina dan Eropa. Kebijakan ini memicu protes dari seluruh negara. Bahkan, Presiden Trump mengancam akan menerapkan tarif impor mobil jika Eropa tidak setuju dengan kebijakannya tersebut.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Cina Xi Jinping terkait kebijakan tarif impor AS tersebut. Keduanya sepakat bahwa kerja sama multilateral memiliki peran penting untuk perdagangan global.
Selain itu, Merkel dan Presiden Xi juga sepakat untuk mencari solusi dalam mengatasi kelebihan kapasitas baja dalam kerangka kelompok industri G20. Rencananya, Menteri Perekonomian Jerman Peter Altmaier dan anggota konservatif Merkel akan berkunjung ke Washington pada pekan ini untuk membicarakan kebijakan tarif impor tersebut.