Senin 12 Mar 2018 15:14 WIB

PT Pos Ingin Pengelolaan Logistik Berbasis Data

Pemahaman peta masalah berbasis data membuat perumusan solusi lebih tepat.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Presiden Direktur PT Pos Indonesia Gilarsi Wahju Setijono usai menandatangani nota kesepahaman (MoU) //Capacity Building on e-Commerce Logistics in Indonesia// dengan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (12/3).
Foto: Fuji Pratiwi
Presiden Direktur PT Pos Indonesia Gilarsi Wahju Setijono usai menandatangani nota kesepahaman (MoU) //Capacity Building on e-Commerce Logistics in Indonesia// dengan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pos Indonesia (Persero) ingin pengelolaan logistik dilakukan berbasis data. Sebab, pemahaman peta masalah berbasis data membuat perumusan solusi lebih tepat.

Presiden Direktur PT Pos Indonesia Gilarsi Wahju Setijono mengatakan, operator logistik harus paham konteks mahalnya logistik Indonesia. Salah satu sebabnya, selain persoalan infrastruktur adalah cara berpikir. Pembicaraan rantai pasok selama ini selalu pada mendorong barang ke pasar yang belum tentu dibutuhkan.

''Mengapa tidak bicara permintaan berbasis analis data? Apa, di mana, berapa besar dan berapa sering dibutuhkan. Itu jadi basis perbaikan infrastruktur logistik,'' ungkap Gilarsi usai menandatangani nota kesepahaman (MoU) Capacity Building on e-Commerce Logistics in Indonesia dengan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (12/3).

Sekolah logistik Indonesia, baik di Poltek Pos dan Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia, tidak mengenal sains data. Gilarsi ingin memastikan sains data masuk dalam kurikulum dan prosesnya sedang berjalan.

"Yang sadar lebih dulu tentang pentingnya data justru para pelaku niaga daring (e-commerce) sehingga mereka tahu barang apa harus distok dimana. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan masa lalu. Jadi harus pahami peta masalah berbasis data. Jangan dulu ke target, tapi pahami dulu datanya,'' tutur Gilarsi.

MoU Capacity Building on e-Commerce Logistics in Indonesia antara Indonesia dengan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) akan mencakup pemahaman data. Gilarsi mencontohkan pemahaman tentang algoritma. Ilmu ini adalah ilmu lama. Tapi dengan perkembangan saat ini, operator logistik harus paham.

Sebab hal itu sama pentingnya dengan model bisnis. Bisnis model saat ini berubah karena ada disrupsi.

Disrupsi dalam 10-15 tahun ke depan tidak hanya harus diantisipasi dari teknologi industri, tapi dari sisi SDM. SDM harus bersiap dengan perubahan besar yang terjadi hari ini.

Meski pelaku industri menyadari perubahan ini cepat dan signifikan, tetap harus ada upaya melihat ke depan sehingga bisa mengantisipasi. MoU ini mengupayakan sinergikan pada sisi akademik untuk menyiapkan SDM masa depan dan teknologi terutama data.

''Bahkan statistik sekarang lebih dibutuhkan dalam logistik. Sehingga masalah bisa diselesaikan dengan tepat. Dengan begitu kita bisa bangun bangsa kita lebih baik,'' ungkap Gilarsi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement